7 Kebiasaan yang Membuatmu Gampang Gelisah di Usia Sekarang

2 weeks ago 12

Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, pernahkah kamu merasa gelisah tanpa alasan yang jelas? Seperti ada sesuatu yang mengganggu pikiran, tapi kamu sendiri tidak tahu apa penyebabnya.

Gelisah itu seperti bayangan yang mengikuti dari belakang, semakin dihindari justru semakin terasa nyata. Terkadang, kita menyalahkan keadaan atau tekanan hidup sebagai pemicunya. Namun, tanpa sadar, kebiasaan kita sendirilah yang memperburuk perasaan ini.

Ada hal-hal kecil yang terus kita lakukan, tetapi justru menjadi pemicu utama rasa cemas yang tak kunjung reda. Menariknya, kebiasaan ini sering kali dianggap sepele, padahal dampaknya begitu besar dalam kehidupan sehari-hari.

Sahabat Fimela, inilah saatnya kita menilik lebih dalam dan mengidentifikasi kebiasaan yang tanpa sadar membuat hidup semakin penuh keresahan. Sehingga kamu bisa menjalani hidup dengan lebih baik lagi. 

1. Memeriksa Ponsel Terlalu Sering tanpa Tujuan Jelas

Ponsel memang mempermudah banyak hal, tetapi kebiasaan memeriksanya tanpa alasan yang jelas justru bisa memicu kegelisahan. Setiap notifikasi yang masuk membuat kita merasa harus segera merespons, padahal tidak semua informasi yang muncul itu penting. Tanpa disadari, kita menjadi terjebak dalam siklus mengecek ponsel hanya untuk mengisi kekosongan, yang berujung pada kelelahan mental.

Selain itu, terlalu sering melihat media sosial juga memperburuk perasaan cemas. Kita disuguhi kehidupan orang lain yang tampak sempurna, seolah-olah semua orang sedang bersenang-senang kecuali kita. Banding-membandingkan diri dengan orang lain tanpa dasar yang jelas justru menambah beban pikiran. Bukan hanya itu, informasi yang berlebihan dari internet sering kali membuat kita sulit memilah mana yang benar-benar bermanfaat dan mana yang hanya menambah ketakutan.

Sahabat Fimela, daripada terus-menerus memeriksa ponsel, cobalah mengalokasikan waktu untuk membaca buku atau sekadar berbincang dengan orang di sekitar. Latih diri untuk mengurangi ketergantungan pada layar dan kembalilah menikmati momen tanpa harus selalu terhubung dengan dunia maya.

2. Terlalu Perfeksionis dalam Hal yang Tidak Perlu

Perfeksionisme sering dianggap sebagai tanda kedisiplinan dan kerja keras. Namun, tanpa disadari, kebiasaan ini bisa menjadi jebakan yang membuat kita sulit merasa puas. Terlalu fokus pada kesempurnaan bisa membuat kita menghabiskan banyak waktu untuk hal-hal kecil yang sebenarnya tidak terlalu penting. Alih-alih membuat hidup lebih baik, justru malah menambah beban pikiran.

Perfeksionisme juga membuat seseorang sulit menerima kegagalan. Setiap kesalahan kecil dianggap sebagai kegagalan besar yang menghantui pikiran. Hal ini bisa menghambat kita dalam mengambil keputusan karena takut hasilnya tidak sesuai ekspektasi. Akibatnya, banyak kesempatan yang terlewat hanya karena kita terlalu sibuk memastikan semuanya harus sempurna.

Sahabat Fimela, tidak ada yang salah dengan ingin melakukan sesuatu dengan baik, tetapi penting untuk tahu kapan harus berhenti. Tidak semua hal dalam hidup perlu dikejar dengan standar yang terlalu tinggi. Biarkan beberapa hal berjalan apa adanya tanpa tekanan yang berlebihan.

Kebiasaan menunda pekerjaan sering kali dianggap sepele, tetapi dampaknya bisa sangat besar terhadap kesehatan mental. Awalnya, menunda sesuatu mungkin terasa seperti memberikan waktu istirahat bagi diri sendiri. Namun, semakin lama ditunda, semakin besar beban yang harus ditanggung. Pekerjaan yang seharusnya bisa diselesaikan lebih cepat justru menumpuk dan menjadi sumber kecemasan baru.

Selain itu, menunda pekerjaan juga bisa membuat seseorang kehilangan rasa percaya diri. Semakin banyak tugas yang belum selesai, semakin besar tekanan yang dirasakan. Ini bisa menimbulkan perasaan bersalah dan membuat kita sulit menikmati waktu luang karena selalu dihantui oleh tugas yang belum terselesaikan.

Sahabat Fimela, salah satu cara untuk mengatasi kebiasaan ini adalah dengan membiasakan diri membuat daftar prioritas. Mulailah dengan tugas kecil agar mendapatkan rasa pencapaian yang bisa meningkatkan motivasi. Jangan menunggu momen yang "sempurna" untuk mulai bekerja, karena sering kali momen itu tidak akan pernah datang.

4. Mengabaikan Kebutuhan Istirahat dan Tidur yang Cukup

Banyak orang berpikir bahwa mengorbankan waktu tidur demi produktivitas adalah hal yang wajar. Namun, kurang tidur justru menjadi salah satu penyebab utama meningkatnya kecemasan. Ketika tubuh tidak mendapatkan istirahat yang cukup, otak menjadi lebih sensitif terhadap stres dan sulit mengontrol emosi.

Selain itu, kurang tidur juga berpengaruh pada cara kita berpikir. Kita menjadi lebih mudah overthinking terhadap hal-hal kecil yang seharusnya tidak perlu dikhawatirkan. Masalah kecil terasa lebih besar daripada yang sebenarnya, dan perasaan cemas pun semakin meningkat.

Sahabat Fimela, jadikan tidur sebagai prioritas, bukan sesuatu yang bisa dikorbankan begitu saja. Ciptakan rutinitas tidur yang sehat dan hindari penggunaan ponsel sebelum tidur agar kualitas istirahat lebih baik.

5. Terlalu Banyak Berpikir tanpa Tindakan Nyata

Berpikir sebelum bertindak memang penting, tetapi jika terlalu banyak berpikir tanpa melakukan apa pun, itu bisa menjadi sumber kegelisahan. Terlalu lama mempertimbangkan sesuatu sering kali membuat kita semakin bingung dan ragu dalam mengambil keputusan. Kita terjebak dalam lingkaran pertimbangan yang tidak ada habisnya.

Overthinking juga membuat kita membayangkan skenario terburuk yang sebenarnya belum tentu terjadi. Hal ini bisa membuat kita merasa takut untuk melangkah dan kehilangan banyak kesempatan yang sebenarnya berharga.

Sahabat Fimela, daripada terus menerus berpikir tanpa ujung, cobalah untuk segera mengambil tindakan kecil. Tidak perlu menunggu segala sesuatu menjadi jelas, karena sering kali kepastian hanya akan muncul setelah kita mulai bergerak.

6. Mengabaikan Kesehatan Fisik

Banyak yang tidak menyadari bahwa kesehatan fisik berpengaruh besar terhadap kesehatan mental. Kurangnya aktivitas fisik, pola makan yang buruk, dan kurangnya hidrasi bisa membuat tubuh lebih rentan terhadap stres. Ketika tubuh tidak dalam kondisi optimal, pikiran pun menjadi lebih mudah gelisah.

Selain itu, olahraga memiliki peran besar dalam mengurangi kecemasan. Aktivitas fisik membantu melepaskan hormon endorfin yang dapat meningkatkan suasana hati dan mengurangi ketegangan pikiran.

Sahabat Fimela, mulailah menjaga kesehatan fisik dengan lebih baik. Tidak perlu melakukan olahraga berat, cukup dengan berjalan kaki atau melakukan peregangan sederhana setiap hari sudah bisa membantu mengurangi perasaan cemas yang berlebihan.

7. Terlalu Bergantung pada Opini Orang Lain

Mendapatkan masukan dari orang lain memang baik, tetapi jika terlalu bergantung pada pendapat orang lain untuk menentukan langkah hidup, itu bisa menjadi sumber kegelisahan yang besar. Terlalu peduli dengan apa yang orang lain pikirkan sering kali membuat kita takut melakukan sesuatu yang sebenarnya kita inginkan.

Selain itu, setiap orang memiliki sudut pandang yang berbeda. Jika kita selalu mencari validasi dari orang lain, kita akan sulit merasa puas dengan keputusan yang kita buat sendiri. Kita terus-menerus merasa ragu dan takut akan penilaian negatif.

Sahabat Fimela, belajarlah untuk lebih percaya pada diri sendiri. Tidak semua hal perlu disetujui oleh orang lain agar bisa dijalankan. Fokuslah pada apa yang benar-benar membuatmu bahagia, bukan hanya yang terlihat baik di mata orang lain.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

  • Endah Wijayanti
Read Entire Article
Prestasi | | | |