7 Tanda Orang Sering Flexing di Medsos tapi Hidupnya Tidak Bahagia

1 week ago 6

Fimela.com, Jakarta Di era digital seperti sekarang, media sosial telah menjadi panggung utama bagi banyak orang untuk menampilkan kehidupannya. Setiap sudut kehidupan diabadikan dalam bentuk foto, video, atau tulisan yang dikemas dengan estetika terbaik. Namun, Sahabat Fimela, apakah semua yang tampak mengilap di layar itu benar-benar mencerminkan kebahagiaan?

Ada fenomena yang semakin sering kita jumpai, yakni flexing—pamer pencapaian, gaya hidup mewah, atau kebahagiaan yang tampak sempurna di media sosial. Tak jarang, mereka yang paling sering flexing justru menyimpan kegelisahan dalam hidupnya. Bukannya menikmati momen dengan tulus, mereka malah terjebak dalam siklus pencitraan yang melelahkan.

Jika diamati lebih dekat, ada beberapa tanda yang mengungkap bahwa seseorang sering flexing di media sosial tetapi tidak benar-benar bahagia dalam hidupnya. Berikut tujuh tanda umumnya, yuk simak selengkapnya di sini. 

1. Lebih Fokus pada Tampilan daripada Kenyataan

Sahabat Fimela, orang yang sering flexing di media sosial cenderung lebih peduli dengan bagaimana dirinya terlihat dibandingkan bagaimana dirinya sebenarnya. Mereka rela menghabiskan waktu lama untuk mengatur sudut pengambilan gambar yang sempurna, memilih filter terbaik, dan memastikan setiap unggahan tampak tanpa cela. Namun, di balik layar, sering kali ada perasaan kosong yang menyelinap karena kebahagiaan mereka lebih bersandar pada validasi orang lain daripada pada kepuasan batin.

Ironisnya, saat kamera mati dan layar ponsel tertutup, hidup mereka mungkin jauh dari kesempurnaan yang mereka tampilkan. Mereka bisa saja menghadapi tekanan finansial akibat memaksakan gaya hidup mewah yang sebenarnya tidak mampu mereka jalani. Atau, mereka merasakan kelelahan emosional karena terus-menerus menciptakan versi terbaik dari diri mereka yang belum tentu nyata.

Lebih dari sekadar menampilkan pencapaian, kebiasaan ini perlahan mengikis kejujuran terhadap diri sendiri. Alih-alih mencari kebahagiaan sejati, mereka justru terjebak dalam upaya terus-menerus untuk menyenangkan mata orang lain.

2. Mengunggah Hal Mewah tapi Tidak Pernah Tampak Santai

Sahabat Fimela mungkin pernah melihat seseorang yang sering membagikan foto makanan mahal, liburan mewah, atau barang-barang bermerek. Namun, jika diperhatikan, unggahan mereka lebih menekankan simbol status daripada kebahagiaan yang sebenarnya. Bukannya menikmati suasana liburan atau menikmati hidangan dengan santai, mereka malah sibuk mengambil foto dari berbagai sudut agar tampak mengesankan.

Kebahagiaan sejati tidak selalu harus dipamerkan. Orang yang benar-benar menikmati hidup biasanya lebih tenggelam dalam pengalaman itu sendiri daripada sibuk mencari sudut terbaik untuk memamerkannya di media sosial. Mereka tidak merasa perlu membuktikan kebahagiaannya kepada orang lain karena mereka sudah cukup puas dengan apa yang mereka rasakan.

Sebaliknya, mereka yang kerap flexing justru sering terlihat gelisah. Mereka seperti sedang menjalani misi untuk menunjukkan betapa menariknya hidup mereka, tetapi ironisnya, mereka jarang tampak benar-benar santai atau menikmati momen tersebut.

3. Membutuhkan Pengakuan untuk Merasa Berharga

Salah satu tanda yang paling jelas dari orang yang sering flexing tetapi tidak bahagia adalah ketergantungan mereka pada validasi eksternal. Setiap unggahan mereka seolah-olah menjadi alat ukur seberapa berharga diri mereka di mata orang lain. Jumlah like, komentar, atau pujian menjadi sumber kepuasan mereka, bahkan lebih dari pengalaman itu sendiri.

Mereka mungkin merasa gelisah jika unggahan mereka tidak mendapatkan respons sebanyak yang diharapkan. Bahkan, ada yang rela menghapus unggahan dan mengunggah ulang di waktu berbeda hanya untuk mendapatkan lebih banyak perhatian. Ini menunjukkan bahwa kebahagiaan mereka tidak berasal dari dalam diri, melainkan dari pengakuan orang lain.

Padahal, kebahagiaan sejati berasal dari penerimaan diri dan rasa syukur atas apa yang dimiliki, bukan dari jumlah like atau komentar di media sosial. Semakin seseorang menggantungkan kebahagiaannya pada reaksi orang lain, semakin sulit bagi mereka untuk merasa puas dengan hidupnya.

4. Menghindari Topik Kehidupan Pribadi yang Nyata

Orang yang bahagia tidak memiliki masalah untuk berbicara tentang kehidupan mereka dengan jujur. Mereka dapat berbagi cerita tentang keberhasilan maupun tantangan yang mereka hadapi. Sebaliknya, orang yang terlalu sering flexing cenderung menghindari pembicaraan tentang kehidupan pribadinya yang sebenarnya.

Sahabat Fimela mungkin pernah menemui seseorang yang hanya berbicara tentang hal-hal glamor dan tampak sukses, tetapi ketika ditanya tentang perjuangan atau tantangan yang mereka hadapi, mereka menghindar. Ini bisa menjadi tanda bahwa mereka ingin menciptakan citra tertentu yang tidak mencerminkan kehidupan mereka secara utuh.

Pada akhirnya, mereka yang hidup dalam kepalsuan ini sering kali merasa kesepian. Mereka mungkin memiliki banyak pengikut di media sosial, tetapi sedikit sekali orang yang benar-benar mengenal siapa mereka di balik layar.

5. Sering Membandingkan Diri dengan Orang Lain

Sahabat Fimela, seseorang yang sering flexing tetapi tidak bahagia biasanya memiliki kebiasaan membandingkan dirinya dengan orang lain. Mereka tidak hanya ingin dipuji, tetapi juga ingin tampak lebih baik daripada orang lain. Unggahan mereka bukan sekadar berbagi kebahagiaan, melainkan cara untuk menunjukkan bahwa mereka lebih sukses, lebih kaya, atau lebih bahagia daripada yang lain.

Ironisnya, sikap ini justru membuat mereka semakin terperangkap dalam rasa tidak puas. Mereka terus merasa harus bersaing, memperlihatkan sesuatu yang lebih besar dan lebih menarik, tanpa benar-benar menikmati apa yang mereka miliki. Ini bisa menjadi lingkaran setan yang membuat mereka selalu merasa kurang, meskipun dari luar tampak memiliki segalanya.

Kebahagiaan sejati tidak datang dari perbandingan, melainkan dari kemampuan untuk menerima dan menghargai kehidupan sendiri tanpa harus merasa lebih unggul dari orang lain.

6. Kehidupan Nyata Tidak Sebaik yang Ditampilkan

Tidak semua yang terlihat di media sosial adalah kenyataan. Banyak orang yang tampak bahagia dan sukses di dunia maya, tetapi di kehidupan nyata, mereka menghadapi berbagai masalah yang tidak terlihat di layar. Sahabat Fimela, sering kali orang yang paling sering flexing justru sedang berusaha menutupi ketidakseimbangan dalam hidup mereka.

Mereka bisa saja mengalami masalah keuangan, tekanan pekerjaan, atau hubungan yang tidak sehat, tetapi memilih untuk menampilkan sisi kehidupan yang tampak sempurna. Ini dilakukan bukan hanya untuk mengesankan orang lain, tetapi juga sebagai cara untuk meyakinkan diri mereka sendiri bahwa hidup mereka baik-baik saja.

Namun, menutupi realitas dengan pencitraan tidak akan membuat masalah hilang. Justru, hal ini bisa membuat mereka semakin sulit menghadapi kenyataan karena mereka terlalu sibuk mempertahankan citra yang sudah mereka bangun.

7. Merasa Tidak Pernah Cukup

Seseorang yang benar-benar bahagia cenderung merasa cukup dengan apa yang mereka miliki. Mereka tidak merasa perlu terus-menerus membuktikan diri atau mencari pengakuan. Sebaliknya, orang yang sering flexing biasanya merasa selalu ada yang kurang dalam hidup mereka.

Mereka mungkin telah mendapatkan banyak pencapaian, tetapi tetap merasa tidak puas. Setelah satu unggahan flexing, mereka merasa perlu membuat unggahan berikutnya yang lebih menarik. Ini adalah tanda bahwa kebahagiaan mereka bukan berasal dari dalam, melainkan dari upaya tanpa akhir untuk terlihat sukses dan bahagia di mata orang lain.

Sahabat Fimela, kebahagiaan sejati tidak perlu diumumkan atau dibuktikan dengan unggahan di media sosial. Kebahagiaan itu bisa tumbuh dari dalam diri, dari rasa syukur, dan dari kemampuan untuk menikmati hidup tanpa harus mencari validasi dari orang lain.

Jadi, daripada sibuk mengejar tampilan kebahagiaan, lebih baik kita fokus menciptakan kebahagiaan yang nyata dalam hidup kita sendiri.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

  • Endah Wijayanti
 Vero Indonesia).

Lifestyle48 Jam di Jeddah, Cara Asik Menjelajah Kota Pintu Gerbang Mekkah

Jelajahi Jeddah dalam 48 jam dengan pengalaman seru yang memadukan sejarah, budaya, kuliner, dan keindahan pesisir di kota gerbang menuju Mekkah ini.

Menyikapi keadaan./Copyright Fimela - Abel Risang

Lifestyle7 Sikap agar Bangkit Lagi saat Merasa Kehilangan Semangat Hidup

Bagaimana cara menyikapi perasaan seakan sudah kehilangan motivasi dan semangat hidup?

 unsplash.com/Francisco Moreno)

LifestyleKelola Stres Generasi Sandwich dengan 10 Tips Jitu Berikut

Sahabat Fimela, hadapi tantangan Generasi Sandwich dengan bijak lewat 10 tips jitu yang akan bantu minimalisir stres dan tingkatkan kesejahteraanmu!

Silent treatment bisa berdampak pada kesehatan emosional (copyright Unsplash/Anthony Tran)

LifestyleStop Overthinking! Yuk, Atasi Pikiran Berlebihan dengan Cara Ini

Overthinking menguras energi? Sahabat Fimela, yuk, kenali penyebab, dampak, dan cara efektif atasi pikiran berlebihan!

Ketenangan batin./Copyright Fimela - Adrian Utama Putra

Lifestyle5 Sikap Sederhana untuk Mencapai Ketenangan Batin yang Lebih Dalam

Temukan lima sikap sederhana yang dapat membantu menenangkan batin dan mendukung kesehatan mentalmu.

Read Entire Article
Prestasi | | | |