loading...
Pejuang Hamas berada di Jalur Gaza saat pembebasan sandera. Foto/anadolu
JALUR GAZA - Usulan gencatan senjata dengan Israel yang diajukan pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump "masih dalam pembahasan" oleh Hamas. Menurut pejabat Hamas, dalam bentuknya saat ini hanya akan menghasilkan "kelanjutan pembunuhan dan kelaparan" di Gaza.
Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan pada hari Kamis (29/5/2025) bahwa Israel telah "menandatangani" usulan gencatan senjata tersebut, dan utusan Timur Tengah pemerintahan Trump, Steve Witkoff, telah menyerahkannya kepada Hamas untuk dipertimbangkan.
Anggota biro politik Hamas Basem Naim mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa, “Kesepakatan tersebut tidak memenuhi tuntutan rakyat kami, yang terpenting di antaranya, menghentikan perang."
"Meskipun demikian, pimpinan gerakan tersebut sedang mempelajari tanggapan terhadap usulan tersebut dengan tanggung jawab nasional penuh," ungkap Naim.
Hamas akan menanggapi pada hari Jumat atau Sabtu, menurut seorang sumber dari kelompok Palestina kepada Reuters.
Rincian proposal baru tersebut belum dipublikasikan, tetapi pejabat senior Hamas Sami Abu Zuhri mengatakan kepada Reuters bahwa, yang terpenting, proposal tersebut tidak memuat komitmen dari Israel untuk mengakhiri perangnya di Gaza, menarik pasukan Israel dari daerah kantong tersebut, atau mengizinkan bantuan untuk memasuki wilayah yang dilanda perang secara bebas.
Mengutip salinan draf, Reuters mengatakan proposal tersebut menguraikan gencatan senjata awal selama 60 hari.
Dua puluh delapan sandera Israel, baik yang hidup maupun yang mati, akan dibebaskan pada pekan pertama dengan imbalan pembebasan 1.236 tahanan Palestina dan jenazah 180 warga Palestina yang tewas.
Rencana tersebut, yang dilaporkan dijamin Presiden Trump dan mediator Mesir dan Qatar, juga akan mengirimkan bantuan ke Gaza segera setelah Hamas menandatanganinya.