loading...
Perang teknologi antara AS dan China meninggalkan jurang inovasi cukup dalam dibandingkan negara-negara lain. Foto: Gemini
AMERIKA - Di tengah narasi global yang semakin santer tentang keperkasaan China dalam perlombaan teknologi, laporan mengejutkan dari Universitas Harvard kini mencoba membalikkan keadaan.
Laporan tersebut secara tegas mengklaim bahwa Amerika Serikat masih menjadi raja di lima arena krusial: Kecerdasan Artifisial (AI), bioteknologi, semikonduktor, luar angkasa, dan komputasi kuantum.
Namun, klaim ini langsung memicu perdebatan sengit. Laporan Harvard ini seolah menantang data dari pelacak global lain seperti Nature Index dan Australian Strategic Policy Institute, yang justru telah lama menobatkan China sebagai pemimpin di banyak bidang riset.
Ini bukan lagi sekadar perang teknologi, ini adalah perang data dan definisi tentang siapa yang sebenarnya memimpin dunia.
Uang Bicara Lebih Keras?
Tim di balik Critical and Emerging Technologies Index dari Belfer Centre Harvard berpendapat bahwa keunggulan AS terletak pada faktor-faktor yang sering diabaikan oleh pelacak lain: kekuatan finansial. Mereka menyoroti investasi publik dan swasta berskala masif, tenaga kerja riset unggul, serta ekosistem inovasi yang telah mapan selama puluhan tahun.
Metodologi Harvard secara sengaja memberikan bobot besar pada sumber daya pendanaan, sebuah keunggulan AS yang tidak tertangkap oleh indeks lain yang hanya fokus pada jumlah publikasi riset.