loading...
Tentara NATO berpartisipasi dalam latihan militer Steadfast Dart 2025 NATO di lapangan latihan di Smardan, Rumania, pada 19 Februari 2025. Foto/Xinhua/Cristian Cristel
BRUSSEL - Keberlangsungan NATO tanpa keterlibatan Amerika Serikat (AS) menjadi perdebatan hangat di tengah dinamika politik global saat ini. Mengingat selama ini AS telah menjadi inti dari kekuatan organisasi tersebut.
Permusuhan publik Presiden AS Donald Trump terhadap Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, kesediaannya merangkul Presiden Rusia Vladimir Putin, dan komentar baru-baru ini telah menimbulkan keraguan apakah AS akan membela sekutu NATO.
Selama ini, AS memegang peran kunci dalam NATO, menyediakan sumber daya militer dan intelijen yang signifikan.
AS dan Jerman merupakan penyumbang terbesar anggaran militer, anggaran sipil, dan program investasi keamanan NATO, masing-masing hampir 16%, diikuti Inggris sebesar 11% dan Prancis sebesar 10%, menurut lembar fakta NATO.
Namun, dengan adanya kemungkinan pengurangan atau penarikan dukungan tersebut, negara-negara Eropa harus mengevaluasi kemampuan mereka mengisi kekosongan yang ditinggalkan.
Beberapa analis berpendapat Eropa memiliki potensi meningkatkan kapasitas militernya, namun hal ini memerlukan komitmen politik dan finansial yang kuat.
Kondisi NATO jika Amerika Serikat Hengkang
Langkah-langkah telah diambil oleh Uni Eropa untuk meningkatkan kerjasama pertahanan. Para pemimpin Eropa telah menyetujui pelonggaran batasan anggaran guna memungkinkan peningkatan belanja militer.
Diskusi mengenai pendanaan pertahanan yang signifikan dan pengerahan pasukan Eropa di Ukraina sedang berlangsung, menunjukkan keseriusan Eropa dalam menghadapi situasi ini.
Selain itu, ada usulan meluncurkan "Operation Sky Shield," inisiatif yang melibatkan 120 jet tempur dari Inggris dan Eropa untuk melindungi wilayah udara Ukraina dari serangan Rusia.
Meskipun inisiatif ini terpisah dari NATO, hal ini menunjukkan upaya Eropa dalam mengambil peran lebih aktif dalam menjaga keamanan regional.