Serangan Mendadak 2 Arah Kerajaan Majapahit dan Pasukan Tartar Mongol ke Daha Kediri

9 hours ago 2

loading...

Candi Penataran menjadi salah satu peninggalan Kerajaan Kediri. Foto/blitarkab.go.id

KISAHmengenai serangan mendadak pasukan Tartar dari Mongol Cina dan Majapahit ke Daha Kerajaan Kediri diulas dalam artikel ini. Keduanya menyerang Daha dari dua arah berbeda ke Daha di bawah pimpinan Jayakatwang.

Pararaton mengisahkan Ibu Kota Daha diserang dari utara oleh pаsukan Tatar dan dari timur oleh pasukan Majapahit. Patih Kěbo Mundarang bersama para menteri Daha menghadapi pasukan yang menyerang dari timur.

Pada pertempuran itu, Panglět tewas melawan Sora, Mahişa Rubuh tewas melawan Nambi, sedangkan Kěbo Mundarang tewas melawan Rangga Lawe. Sebelum meninggal, Kěbo Mundarang berwasiat agar putrinya diserahkan kepada Sora sebagai ganjaran atas keberaniannya.

"Rupanya Kěbo Mundarang terkesan pada kehebatan Sora yang pernah mengalahkan dirinya saat pertandingan sudukan dalam perayaan Galungan beberapa waktu sebelumnya," sebagaimana dikutip dari buku "Pararaton : Biografi Para Raja Singhasari - Majapahit", Jumat (14/3/2025).

Kidung Rangga Lawe lebih rinci dalam menceritakan pertempuran di Kota Daha. Dikisahkan bahwa Gajah Pagon, yang dulu terluka dan ditinggalkan di Desa Pandakan, ikut hadir dengan diantar Macan Kuping dan Kancil Bang.

Kemudian ia dikisahkan terjun ke medan perang hingga akhirnya gugur dikeroyok para prajurit Daha. Tokoh Majapahit lainnya yang tewas adalah Bañak Kapuk, yaitu gugur melawan Drawilaka.

Sementara itu, para menteri Daha yang terbunuh antara lain, Jaran Guyang mati lawan Wirot, Kanigara mati lawan Pamandana, Parung Sări mati lawan Medang.

Selanjutnya, Pangělět mati dipanah Nambi, Mahişa Rubuh mati lawan Mahişa Wagal, Děmang Walika mati lawan Dangdi, Rangga Sēmi dan Rangga Wayang mati lawan Jagawastra, Sagara Winotan mati dipenggal Rangga Lawe, Rangga Janur mati lawan Arya Wīrarāja, dan Patih Kěbo Mundarang mati di tangan Lembu Sora.

Berbeda dengan versi di atas, Kidung Harsawijaya mengisahkan Gajah Pagon tidak gugur dalam pertempuran di Daha, melainkan tetap hidup dan memperoleh kedudukan di Kerajaan Majapahit. Tidak hanya itu, pasukan Tumapěl yang dulu dikirim menyerang Malayu di bawah pimpinan Kěbo Anabrang juga telah kembali dan ikut bergabung melawan Daha.

Namun kisah ini berbeda dengan Pararaton dan Kidung Rangga Lawe, yang mengisahkan pasukan tersebut baru tiba di Jawa setelah perang usai.

(rca)

Read Entire Article
Prestasi | | | |