loading...
Warga Palestina berduka atas kerabat mereka yang tewas akibat pengeboman Israel di Rumah Sakit Arab Al-Ahli di Kota Gaza, pada 18 Maret 2025. Foto/Rizek Abdeljawad/Xinhua
GAZA - Warga Palestina menghadapi kengerian baru saat Israel kembali melakukan serangan di Gaza.
Setelah dua bulan relatif tenang selama gencatan senjata, warga Palestina yang tercengang kembali menemukan diri mereka menggali orang-orang terkasih dari reruntuhan dan menggelar doa pemakaman untuk para korban tewas di kamar mayat rumah sakit saat Israel kembali menyerang Gaza.
“Apa yang terjadi pada kami adalah neraka. Neraka dalam arti kata yang sebenarnya,” ujar Zeyad Abed kepada The Associated Press, saat dia berdiri di antara sisa-sisa tenda yang menghitam di Khan Younis.
Di Rumah Sakit Nasser Khan Younis, pasien tergeletak di lantai, beberapa berteriak.
Seorang gadis muda menangis saat lengannya yang berdarah diperban. “Anak-anak yang terluka memenuhi bangsal anak-anak,” ungkap Dr Tanya-Haj Hassan, relawan di kelompok bantuan Medical Aid for Palestinians.
“Kami terbangun karena serangan udara yang dahsyat. Jendela-jendela berguncang, pintu-pintu terbuka,” papar dia kepada AP. “Pasien terus berdatangan sejak saat itu.”
"Tidak seorang pun ingin berperang," ungkap penduduk Palestina Nidal Alzaanin kepada AP dari Kota Gaza. "Semua orang masih menderita akibat bulan-bulan sebelumnya."
Fedaa Heriz, perempuan pengungsi di Kota Gaza, mengatakan kepada AP bahwa para korban tewas saat tidur sebelum waktu sahur menjelang puasa Ramadan.
"Mereka menyetel alarm untuk bangun sahur, dan mereka bangun karena sudah mati? Mereka tidak bangun?" teriak dia.
Fedaa Hamdan kehilangan suami dan kedua anaknya dalam serangan di Khan Younis. "Anak-anak saya meninggal saat mereka kelaparan," ujar dia, saat doa pemakaman dipanjatkan di atas jenazah mereka.