7 Rekomendasi Buku tentang Kesehatan Mental yang Ringan Dibaca tapi Menguatkan Jiwa

1 day ago 4

Fimela.com, Jakarta Di tengah dinamika hidup yang penuh tantangan, menjaga kesehatan mental menjadi hal yang sangat penting. Kita semua pernah berada di titik lelah, bingung, atau bahkan merasa kehilangan arah. Dalam momen-momen seperti itu, buku bisa menjadi pelipur lara yang menenangkan. Melalui rangkaian kata yang tulus dan penuh makna, kita diajak untuk lebih memahami diri, memeluk luka, dan perlahan-lahan bangkit kembali dengan jiwa yang lebih kuat.

Ada banyak cara untuk merawat hati dan pikiran, salah satunya lewat membaca buku yang mampu menyentuh sisi terdalam kita. Buku-buku tentang kesehatan mental tak hanya memberikan pemahaman, tapi juga menjadi sahabat yang menguatkan. Dalam artikel ini, Fimela merangkum tujuh rekomendasi buku yang ringan dibaca tetap tetap kaya akan pesan kehidupan. Cocok untuk Sahabat Fimela yang ingin menata ulang batin dan menemukan ketenangan di tengah hiruk-pikuk dunia.

1. Merawat Luka Batin

Memahami emosi dan mengenali perasaan diri sendiri sekilas memang tampak sederhana. Kita sering mengira bahwa mengenal siapa diri kita sebenarnya adalah proses yang mudah dan alami.

Hanya saja dalam kenyataannya, ada begitu banyak lapisan emosi dan pengalaman yang perlu diurai. Proses mengenali diri justru bisa menjadi perjalanan yang dalam dan penuh kejutan, karena kita akan dihadapkan pada kenyataan bahwa ada begitu banyak hal yang belum benar-benar kita pahami tentang diri sendiri.

Salah satu buku yang layak dibaca untuk menemani proses ini adalah Merawat Luka Batin. Buku ini menyuguhkan berbagai pemahaman menarik tentang cara mengenali emosi secara lebih sadar dan utuh.

Kita diajak menyelami pikiran-pikiran otomatis yang sering kali muncul tanpa kita sadari, dan bagaimana pikiran-pikiran tersebut ternyata berpengaruh besar terhadap suasana hati, bahkan bisa memicu perasaan cemas atau depresi. Dengan pendekatan yang hangat dan reflektif, buku ini membantu kita menyusun kembali kepingan-kepingan batin yang pernah terluka.

2. Umur 40, Kok Gini Amat?

Tak sedikit dari kita yang mulai bertanya-tanya, “Mengapa hidup terasa semakin berat saat memasuki usia 40?”

Pada fase ini, tekanan untuk terus tampil kuat dan mampu sering kali datang dari berbagai arah, meskipun dalam hati kita tengah bergulat dengan kecemasan dan kelelahan yang tak terlihat.

Usia 40 menjadi titik persimpangan yang membuat banyak orang merasa harus terus membuktikan diri, walau energi dan semangat tak lagi seperti dulu.

Melalui buku yang ditulis dengan penuh ketulusan ini, seorang ibu yang juga seorang psikiater menyusun 38 pelajaran hidup untuk sang putri tercinta—dan juga untuk siapa pun yang sedang menapaki usia paruh baya.

Bukan sekadar nasihat, melainkan sapaan hangat yang menuntun kita merawat diri dengan cinta, membangun relasi yang lebih sehat, serta belajar melepaskan ekspektasi yang membebani.

Dengan sudut pandang seorang psikoanalis, pembaca diajak memahami istilah seperti krisis paruh baya dan disillusion secara mendalam, bahkan diajak bereksperimen secara batin tentang cara memaknai waktu dan kehidupan dengan cara yang lebih lembut dan manusiawi.

3. How to Heal Your Inner Child

Ada kalanya kita merasa mudah marah, takut ditolak, atau justru tanpa sadar merusak kebahagiaan yang sudah ada di depan mata. Reaksi-reaksi itu sering kali bukan cerminan kelemahan, melainkan suara lirih dari luka lama yang belum sempat disembuhkan.

Luka itu bukan luka hari ini, melainkan luka masa kecil—saat diri kita yang dulu hanya ingin dimengerti, dipeluk, dan diberi ruang untuk menangis. Luka yang tersembunyi itu kerap memengaruhi cara kita mencintai, bersikap, dan memandang hidup hingga hari ini.

Melalui buku How to Heal Your Inner Child, kita diajak menyelami kembali bagian terdalam diri yang kerap terabaikan. Buku ini menawarkan panduan yang lembut namun jujur, mengajak kita berdamai dengan masa lalu dan menyembuhkan luka batin yang telah lama disimpan dalam diam.

Bukan hanya ajakan untuk pulih, tapi juga pengingat bahwa menjadi dewasa tak berarti harus menutup rapat segala tangis dan kerentanan. Justru dengan memeluk sisi kecil dalam diri, kita bisa tumbuh menjadi pribadi yang lebih utuh, hangat, dan penuh kasih terhadap diri sendiri.

4. Seorang Pria yang Melalui Duka dengan Mencuci Piring

Kehilangan seseorang yang begitu berarti dalam hidup sering kali meninggalkan ruang kosong yang tak tergantikan. Duka datang tanpa permisi, menyelimuti hari-hari dengan rasa hampa dan kesedihan yang dalam.

Melanjutkan hidup tanpa kehadiran orang tercinta memang bukan hal yang mudah, karena setiap sudut kenangan seolah mengingatkan kita pada sosok yang tak lagi bisa kita peluk atau ajak bicara.

Namun, hidup tetap mengalir, dan pelan-pelan kita belajar menjalani hari-hari baru dengan hati yang lebih kuat. Rasa kehilangan memang tak bisa dihapus begitu saja, tapi kita bisa belajar berdamai dengannya.

Buku Seorang Pria yang Melalui Duka dengan Mencuci Piring hadir sebagai teman yang lembut untuk menemani proses itu. Dengan pendekatan yang jujur dan menyentuh, buku ini membuka ruang bagi kita untuk memahami duka dengan cara yang lebih manusiawi, sambil mengajarkan bahwa setiap langkah kecil, seperti mencuci piring, bisa menjadi bentuk nyata dari proses pemulihan dan penerimaan.

5. Reasons to Stay Alive

Reasons to Stay Alive adalah kisah pribadi Matt Haig dalam menghadapi depresi yang pernah membuatnya nyaris menyerah pada hidup. Dengan kejujuran yang menyentuh, Haig menuliskan pengalaman kelamnya bukan untuk menggurui, tapi untuk menemani siapa saja yang sedang merasa rapuh dan sendirian.

Buku ini bukan teori psikologi berat, melainkan kumpulan pemikiran, refleksi, dan harapan yang tumbuh dari rasa sakit. Ia menulis seperti seorang sahabat yang memahami luka, dan pelan-pelan mengajak kita percaya bahwa rasa gelap itu bisa berlalu.

Melalui kalimat-kalimat sederhana namun dalam, Haig menunjukkan bahwa depresi bukan akhir dari segalanya. Buku ini adalah pengingat bahwa hidup, seberat apa pun rasanya, masih punya alasan untuk dijalani.

Ada keindahan kecil yang masih bisa ditemukan—dari udara pagi, buku favorit, hingga orang-orang yang mencintai kita dalam diam. Reasons to Stay Alive bukan hanya tentang bertahan, tapi juga tentang menemukan makna dan keajaiban dari keberadaan kita sendiri.

6. Loving the Wounded Soul

Depresi bukan sekadar perasaan sedih yang datang dan pergi—ia adalah kondisi serius yang bisa mengganggu kehidupan seseorang secara menyeluruh, bahkan hingga muncul keinginan untuk mengakhiri hidup.

Sayangnya, masih banyak stigma yang melekat pada mereka yang mengalaminya, sehingga membuat proses mencari bantuan terasa semakin berat.

Regis, seorang penyintas depresi sekaligus akademisi di bidang psikologi, membagikan pengalamannya dengan jujur dan ilmiah, membongkar realitas depresi serta alasan mengapa kondisi ini kian rentan menimpa manusia modern.

Melalui buku Loving the Wounded Soul, pembaca diajak memahami depresi dari berbagai sisi—bukan hanya dari sudut klinis dan psikologis, tetapi juga dari kacamata budaya, spiritualitas, hingga pencarian makna hidup.

Buku ini tidak hanya ditujukan bagi mereka yang tengah berjuang melawan depresi, tetapi juga sangat bermanfaat bagi orang-orang terdekat yang ingin menjadi pendamping yang lebih bijak.

Dengan pendekatan yang lembut dan penuh empati, buku ini membuka mata kita bahwa luka jiwa bukan untuk disembunyikan, tetapi untuk dirawat dan dimaknai agar bisa menjadi jalan menuju kehidupan yang lebih utuh dan penuh harapan.

7. Welcoming Feelings: A Collection of Calming Writings

Menghadapi perasaan sendiri terkadang bisa terasa menakutkan, apalagi ketika yang muncul adalah emosi-emosi yang tak nyaman seperti sedih, cemas, atau kecewa.

Kita cenderung ingin menghindar, padahal justru dengan menyapanya dan membuka ruang untuk merasakannya, kita sedang melatih keberanian.

Mengelola emosi memang bukan perkara mudah, tapi ketika kita belajar menerima setiap perasaan dengan hati yang terbuka, di sanalah proses pendewasaan mulai tumbuh dalam diri secara alami dan mendalam.

Buku Welcoming Feelings: A Collection of Calming Writings to Ease Your Aching Soul and Mixed Feelings hadir seperti pelukan hangat di tengah gejolak batin. Lewat kumpulan tulisan pendek yang penuh kelembutan, buku ini membantu kita memahami emosi sehari-hari—dari kesedihan hingga proses berdamai dengan diri sendiri.

Untaian kata-katanya yang menenangkan seolah mengajak kita untuk kembali menyapa dan memeluk diri dengan lebih penuh kasih. Bagi Sahabat Fimela yang sedang mencari afirmasi positif atau kekuatan dalam keheningan, buku ini bisa menjadi teman yang menenangkan hati dan membangkitkan harapan.

Membaca buku tentang kesehatan mental adalah bentuk perawatan diri yang penuh kelembutan. Ketujuh buku ini dapat menjadi teman terbaik di saat sepi, memberi harapan saat kita merasa runtuh, dan menghadirkan sudut pandang baru dalam melihat hidup.

Semoga salah satu dari buku ini bisa menyentuh hati Sahabat Fimela dan menjadi cahaya kecil yang menguatkan setiap langkah menuju versi diri yang lebih damai dan bahagia.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

  • Endah Wijayanti
Read Entire Article
Prestasi | | | |