7 Tanda Kamu Terjebak Herd Mentality sehingga Sulit Bahagia

5 days ago 15

Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, pernahkah kamu merasa hidup ini seperti arus sungai yang deras? Kamu ikut mengalir bersama arus tanpa benar-benar tahu apakah itu arah yang kamu inginkan. Orang-orang di sekitarmu mengatakan A, maka kamu juga ikut mengatakan A. Mereka memilih jalur karier tertentu, kamu pun mengikuti. Mereka membeli sesuatu yang viral, kamu tak mau ketinggalan.

Awalnya terasa biasa saja, bahkan nyaman, karena berada di tengah kelompok membuatmu merasa diterima. Tapi, lama-kelamaan ada suara kecil di dalam diri yang bertanya: apakah aku benar-benar menginginkannya? Apakah ini kebahagiaan yang aku cari, atau aku hanya sekadar mengikuti tanpa berpikir panjang? Jika pertanyaan-pertanyaan itu mulai muncul dalam benakmu, bisa jadi kamu sedang terjebak dalam herd mentality.

Mengutip laman Very Well Mind, herd mentality, yang juga dikenal dengan istilah mob mentality atau crowd mentality, adalah fenomena psikologis yang memiliki dampak besar terhadap perilaku manusia. Fenomena ini terjadi ketika individu mengadopsi keyakinan, perilaku, atau sikap mayoritas dalam suatu kelompok, sering kali mengabaikan penilaian atau kepribadian mereka sendiri. Dalam konteks ini, keputusan yang diambil oleh individu tidak lagi berdasarkan pertimbangan pribadi atau rasional, melainkan mengikuti apa yang dilakukan oleh orang lain dalam kelompok tersebut.

Pengaruh herd mentality dapat terlihat dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Misalnya, dalam tren mode, seseorang mungkin memutuskan untuk mengikuti tren tertentu hanya karena mayoritas orang di sekitarnya melakukannya, meskipun tidak merasa nyaman atau tertarik dengan tren tersebut.

Penelitian yang dilakukan oleh Zhang W dan rekan-rekannya (2019) mengenai neural basis of herding decisions memberikan wawasan lebih dalam mengenai bagaimana proses pengambilan keputusan yang dipengaruhi oleh herd mentality bisa terjadi pada tingkat otak. Studi tersebut menunjukkan bahwa keputusan yang diambil dalam konteks pengelompokan perusahaan atau kelompok sering kali dipengaruhi oleh dorongan untuk menyamakan diri dengan kelompok, meskipun keputusan tersebut tidak selalu rasional atau berdasarkan penilaian individu yang cermat.

Herd mentality mengarah pada pengorbanan kemandirian dalam pengambilan keputusan demi kenyamanan sosial atau perasaan diterima dalam kelompok, yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampuan individu untuk berpikir kritis dan mempertahankan identitas diri. Kali ini mari kita bahas tujuh tanda yang menunjukkan bahwa kamu terjebak dalam herd mentality dan bagaimana hal itu bisa menghambat kebahagiaanmu.

1. Kamu Takut Berbeda, Padahal Itu yang Membuatmu Unik

Dalam kelompok sosial, menjadi bagian dari mayoritas terasa seperti perlindungan. Tapi, Sahabat Fimela, pernahkah kamu menyadari bahwa takut menjadi berbeda justru membuatmu kehilangan identitas? Jika kamu selalu merasa perlu menyamakan pendapat, gaya hidup, atau keputusan dengan kebanyakan orang hanya karena takut dikucilkan, itu pertanda herd mentality telah mencengkerammu.

Masalahnya, hidup dalam ketakutan untuk tampil beda berarti kamu menekan bagian dari dirimu yang seharusnya bisa berkembang. Kamu mungkin menyukai sesuatu yang unik atau punya cara pandang berbeda, tapi kamu memilih menyimpannya sendiri agar tak dianggap aneh. Padahal, kebahagiaan sejati datang ketika kamu bisa menjadi diri sendiri, bukan ketika kamu menjadi versi orang lain yang dipaksakan.

Mereka yang benar-benar bahagia bukanlah mereka yang selalu mengikuti mayoritas, melainkan mereka yang berani memilih jalan sendiri meskipun itu berbeda. Jadi, tanyakan pada dirimu: apakah kamu benar-benar nyaman dengan pilihanmu, atau hanya takut terlihat aneh di mata orang lain?

2. Kamu Terus Membeli Tren, tapi Kebahagiaanmu Tak Pernah Bertambah

Setiap ada sesuatu yang viral, kamu merasa harus memilikinya. Sepatu baru, gadget terbaru, tren fashion terkini—semuanya terasa seperti keharusan. Padahal, jika dipikir kembali, berapa banyak dari barang-barang itu yang benar-benar membuatmu bahagia dalam jangka panjang?

Ini adalah jebakan herd mentality yang sangat halus. Perasaan "kalau aku tidak ikut tren ini, aku ketinggalan" membuatmu terus mengejar sesuatu yang sebenarnya tidak kamu butuhkan. Masalahnya, kebahagiaan yang datang dari mengikuti tren bersifat sementara. Begitu sesuatu yang baru muncul, euforia itu lenyap, dan kamu kembali merasa perlu membeli lagi.

Sahabat Fimela, kebahagiaan yang sesungguhnya tidak datang dari barang yang kamu beli, melainkan dari kepuasan batin. Jika kamu ingin benar-benar bahagia, cobalah tanyakan pada dirimu: apakah aku membeli ini karena aku suka, atau hanya karena semua orang memilikinya?

3. Kamu Takut Mengungkapkan Pendapat yang Berbeda

Apakah kamu sering mengiyakan sesuatu meskipun dalam hati sebenarnya tidak setuju? Jika ya, itu tanda lain bahwa kamu terjebak dalam herd mentality. Dalam banyak situasi sosial, ada tekanan untuk setuju dengan mayoritas, terutama jika kamu merasa takut dianggap "berbeda sendiri".

Masalahnya, menekan pendapatmu sendiri hanya demi menyenangkan orang lain bisa membuatmu kehilangan suara. Kamu akan terus menyetujui hal-hal yang sebenarnya tidak sesuai dengan prinsip atau nilai pribadimu, yang pada akhirnya membuatmu merasa tidak puas dengan diri sendiri.

Sahabat Fimela, jangan takut menyuarakan isi pikiranmu. Orang-orang yang berani menyampaikan pendapat, meski bertentangan dengan mayoritas, sering kali lebih dihormati daripada mereka yang hanya mengikuti tanpa berpikir.

4. Kamu Merasa Perlu Validasi dari Orang Lain untuk Segala Hal

Apakah kamu sering merasa tidak percaya diri dengan keputusanmu sebelum mendapat persetujuan dari orang lain? Jika ya, ini adalah tanda bahwa kamu terlalu bergantung pada pendapat mayoritas.

Herd mentality membuatmu merasa keputusanmu hanya benar jika orang lain menyetujuinya. Akibatnya, kamu lebih sering mencari validasi daripada benar-benar mempercayai nalurimu sendiri. Jika kamu selalu menunggu restu dari orang lain sebelum melakukan sesuatu, bagaimana mungkin kamu bisa benar-benar merasa bebas dan bahagia?

Sahabat Fimela, orang yang bahagia adalah mereka yang berani mempercayai diri sendiri. Mereka tahu bahwa tidak semua orang akan setuju dengan pilihan mereka, tapi itu tidak masalah. Kebahagiaan sejati datang dari menerima diri sendiri, bukan dari mencari validasi terus-menerus.

5. Kamu Mengikuti Tren Media Sosial tanpa Berpikir Kritis

Media sosial adalah tempat subur bagi herd mentality. Ketika sesuatu menjadi tren, banyak orang ikut-ikutan tanpa benar-benar mempertanyakan esensinya. Misalnya, tren gaya hidup "soft life", "hustle culture", atau bahkan tren diet ekstrem.

Mengikuti tren tanpa berpikir bisa membuatmu kehilangan arah dalam hidup. Kamu mungkin mulai menjalani gaya hidup yang sebenarnya tidak sesuai dengan kebutuhan atau kepribadianmu, hanya karena melihat banyak orang melakukannya.

Sahabat Fimela, sebelum mengikuti tren apa pun, tanyakan dulu pada dirimu: Apakah ini benar-benar cocok untukku? Apakah ini akan membuatku lebih bahagia, atau hanya membuatku merasa diterima? Jangan sampai kamu menjalani hidup yang bukan milikmu hanya demi terlihat "in" di media sosial.

6. Kamu Takut Keluar dari Lingkaran Sosial yang Tidak Lagi Membuatmu Bahagia

Pernahkah kamu merasa tidak nyaman dalam lingkungan tertentu, tapi tetap bertahan hanya karena takut sendirian? Ini adalah jebakan herd mentality yang sering membuat seseorang sulit bahagia.

Jika kamu bertahan dalam pertemanan yang toxic atau lingkungan yang tidak lagi sejalan dengan nilai-nilaimu hanya karena takut kehilangan "kelompok", kamu sedang mengorbankan kebahagiaanmu sendiri. Padahal, terkadang lebih baik berjalan sendiri daripada terus berada di tempat yang membuatmu merasa tidak berarti.

Sahabat Fimela, pertemanan yang sehat akan menghargai individualitasmu. Jika suatu kelompok membuatmu merasa harus selalu menyesuaikan diri hingga kehilangan jati diri, mungkin saatnya mencari lingkungan baru yang lebih mendukungmu.

7. Kamu Tidak Benar-Benar Tahu Apa yang Membuatmu Merasa Nyaman

Pada akhirnya, herd mentality bisa membuatmu kehilangan koneksi dengan diri sendiri. Jika kamu sudah terlalu lama mengikuti orang lain tanpa mempertimbangkan keinginan pribadimu, mungkin kamu mulai merasa bingung: apa sebenarnya yang aku inginkan?

Sahabat Fimela, kebahagiaan tidak bisa ditemukan dengan mengikuti arus tanpa berpikir. Kebahagiaan sejati datang dari mengenali apa yang benar-benar berarti bagimu dan berani mengambil langkah menuju hal itu, meskipun itu berarti berbeda dari mayoritas.

Jadi, beranilah menggali lebih dalam dan bertanya pada dirimu sendiri: Apakah aku benar-benar bahagia, atau hanya mengikuti kebahagiaan orang lain?

Herd mentality bisa terasa nyaman karena membuatmu merasa diterima. Tapi, jika dibiarkan, ia bisa mencuri kebahagiaan dan identitasmu. Kebahagiaan sejati datang dari keberanian untuk berpikir sendiri, memilih sendiri, dan menjalani hidup dengan caramu sendiri. Jadi, Sahabat Fimela, jangan takut berbeda. Jangan takut untuk tetap berpikir kritis. Karena di situlah kebebasan dan kebahagiaan sejati ditemukan.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Read Entire Article
Prestasi | | | |