Berpikir Abundance atau Scarcity? Kenali Perbedaannya dan Dampaknya bagi Hidupmu

1 day ago 3

Fimela.com, Jakarta Pernahkah Sahabat Fimela merasa khawatir kehabisan peluang, takut gagal mencoba hal baru, atau selalu membandingkan pencapaian diri dengan orang lain? Di sisi lain, mungkin ada momen ketika Sahabat merasa yakin bahwa rezeki tidak akan tertukar, bahwa kesempatan akan datang lagi, dan bahwa setiap orang punya waktunya masing-masing. Dua cara pandang ini sering kali muncul dalam keseharian kita, terkadang tanpa kita sadari. Ada yang membuat kita merasa sempit, terburu-buru, dan penuh kecemasan. Ada pula yang memberi ruang, membuat kita lebih tenang, dan percaya diri menjalani hidup.

Di balik dinamika itu, terdapat dua pola pikir yang memengaruhi bagaimana kita merespons dunia: scarcity mindset dan abundance mindset. Keduanya bukan sekadar istilah dalam dunia psikologi atau pengembangan diri, tapi cerminan dari cara kita memaknai hidup, rezeki, hingga hubungan dengan orang lain. Pola pikir ini bisa membentuk kebiasaan, membatasi atau justru memperluas potensi kita. Namun, sering kali kita tak menyadari bahwa kita sedang terjebak dalam pola pikir yang membatasi diri.

Lalu, apa sebenarnya perbedaan di antara keduanya? Dan bagaimana pola pikir ini bisa berdampak pada hidup kita secara menyeluruh? Melansir strategiccoach.com, berikut adalah perbedaan antara scarcity mindset dan abundance mindset.

Apa Itu Scarcity Mindset?

Scarcity mindset adalah pola pikir yang berakar pada ketakutan dan keterbatasan. Orang yang terjebak dalam pola pikir ini cenderung merasa bahwa segala sesuatu—baik uang, kesempatan, atau kebahagiaan—hanya tersedia dalam jumlah terbatas. Akibatnya, mereka sering merasa iri, bersalah, atau cemas, terutama saat melihat orang lain meraih keberhasilan.

Pola pikir ini menganggap bahwa hidup adalah kompetisi. Jika orang lain sukses, berarti kesempatan untuk sukses milik kita jadi berkurang. Logika ini bisa mendorong kita untuk bersikap defensif, enggan berbagi, dan takut mencoba hal baru. Dalam jangka panjang, pola pikir ini bisa menghambat pertumbuhan pribadi dan profesional karena fokus kita hanya tertuju pada kekurangan, bukan kemungkinan.

Apa Itu Abundance Mindset?

Sebaliknya, abundance mindset adalah pola pikir yang dilandasi rasa syukur dan keyakinan bahwa kehidupan penuh dengan peluang. Orang yang memiliki pola pikir ini percaya bahwa keberhasilan orang lain tidak mengurangi peluang mereka sendiri, dan bahwa ada banyak cara untuk mencapai tujuan.

Pola pikir ini membuat seseorang lebih terbuka, berani berkolaborasi, dan kreatif dalam mencari solusi. Dalam konteks pekerjaan, mereka lebih fokus pada nilai dan kontribusi, bukan sekadar persaingan. Mereka juga lebih siap menghadapi perubahan dan melihat tantangan sebagai peluang untuk berkembang.

Dengan pola pikir abundance, dunia terasa luas. Bukan karena masalah hilang, tapi karena kita percaya bahwa kita punya kapasitas untuk menghadapinya.

Mengapa Penting Memilih Abundance Mindset Sekarang?

Dalam dunia yang penuh ketidakpastian, terutama setelah berbagai peristiwa global yang mengguncang banyak aspek kehidupan, mindset menjadi aset terpenting yang bisa kita kendalikan. Saat banyak hal di luar kendali, pola pikir abundance memberi ruang untuk harapan, fleksibilitas, dan pertumbuhan.

Bagi Sahabat Fimela yang sedang membangun karier, menjalani bisnis, atau bahkan mencari arah hidup, pola pikir ini bisa jadi kunci untuk terus melangkah. Dengan pola pikir abundance, kita bisa melihat lebih banyak kemungkinan, membangun koneksi yang sehat, dan merasa lebih damai dengan pencapaian diri sendiri.

Bahasa yang Mencerminkan Pola Pikir

Ternyata, pola pikir juga tercermin dari bahasa yang kita gunakan sehari-hari. Bahasa scarcity sering kali berkutat pada hal-hal seperti biaya, status, keamanan, dan persaingan. Sebaliknya, bahasa abundance berbicara tentang investasi, pertumbuhan, kontribusi, kebebasan, dan tujuan hidup.

Mulai dari cara kita berbicara tentang pekerjaan, hubungan, hingga diri sendiri, kata-kata yang kita pilih bisa membentuk pola pikir. Mengubah pilihan kata—misalnya dari “takut gagal” menjadi “belajar dari pengalaman”—bisa menjadi langkah kecil yang berdampak besar.

Cara Beralih ke Pola Pikir Abundance

Berpindah dari scarcity ke abundance bukan hal yang instan, tapi sangat mungkin dilakukan. Langkah pertama adalah menyadari pola pikir yang selama ini kita gunakan. Tanyakan pada diri sendiri: “Apakah aku sering merasa tidak cukup?” atau “Apakah aku percaya bahwa orang lain bisa sukses tanpa mengurangi peluangku?”

Langkah selanjutnya adalah mengganti cara pandang dan bahasa sehari-hari. Fokuslah pada apa yang bisa dikembangkan, bukan hanya yang bisa dicapai. Bersyukur, belajar berbagi, membangun jejaring, dan percaya pada proses adalah beberapa kebiasaan yang bisa menumbuhkan pola pikir abundance.

Sahabat Fimela, hidup memang penuh tantangan. Tapi pola pikir yang kita pilih bisa menentukan apakah kita terus merasa kekurangan atau justru melihat dunia sebagai ruang tanpa batas untuk bertumbuh. Yuk, mulai berlatih menerapkan abundance mindset agar hidup terasa lebih ringan, penuh harapan, dan bermakna.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Read Entire Article
Prestasi | | | |