Daya Beli Lesu Jadi Alarm Perlambatan Ekonomi di Awal 2025

5 hours ago 3

loading...

Direktur Ekonomi CELIOS, Nailul Huda menilai bahwa perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada awal tahun 2025 disebabkan oleh daya beli masyarakat yang masih belum pulih. Foto/Dok

JAKARTA - Direktur Ekonomi Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Nailul Huda menilai bahwa perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada awal tahun 2025 disebabkan oleh daya beli masyarakat yang masih belum pulih. Ramadan dan Idul Fitri 2025 belum membawa berkah bagi konsumsi rumah tangga domestik.

Huda menyoroti, melemahnya indikator daya beli, tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IHK) yang terus menurun sejak Januari hingga Maret 2025. "Perlambatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga dari 4,91 persen (Kuartal I 2024) menjadi 4,89 persen (Kuartal I 2025) merupakan sebuah peringatan dini," kata Huda dalam keterangan resminya, Senin (5/5/2025).

Padahal lanjut Huda, Kuartal I 2025 seharusnya menjadi momentum pendorong ekonomi dengan adanya perayaan Hari Raya Idul Fitri. Namun momen musiman Ramadan-Lebaran kali ini dinilai tidak mampu mendongkrak perekonomian secara signifikan.

Baca Juga: Breaking News: Ekonomi Indonesia Cuma Tumbuh 4,87% di Kuartal I-2025

"Sebagai perbandingan pada tahun 2023, pertumbuhan konsumsi rumah tangga mencapai 5,22 persen bertepatan dengan Mudik Lebaran," imbuh Huda.

Sebelumnya, CELIOS juga telah menghitung adanya penurunan signifikan dalam perputaran uang selama Hari Raya Idul Fitri tahun 2025.

Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya mengumumkan bahwa pertumbuhan ekonomi Kuartal I 2025 hanya mencapai 4,87% year-on-year. Angka ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada Kuartal I 2024 yang masih berada di level 5,11%. Bahkan pertumbuhan ekonomi Kuartal I 2025 menjadi yang terendah sejak Kuartal III 2021 yang hanya tumbuh 3,53%.

Baca Juga: 7,28 Juta Orang Indonesia Jadi Pengangguran per Februari 2025

Huda menekankan bahwa situasi ekonomi saat ini berbeda dengan masa pandemi, namun laju pertumbuhannya hampir setara. Ia juga menyoroti bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih rendah dibandingkan Vietnam yang mencatatkan kinerja 6,93% year-on-year.

Menurutnya, membandingkan Indonesia dengan negara-negara G20 yang rata-rata menghadapi aging population juga tidak tepat, mengingat demografi Indonesia yang didominasi usia produktif.

(akr)

Read Entire Article
Prestasi | | | |