loading...
Presiden Donald Trump saat meluncurkan perang tarif dengan hampir semua mitra dagang Amerika di Rose Garden, Gedung Putih, 2 April 2025. FOTO/AP
JAKARTA - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menindaklanjuti ancamannya untuk menerapkan tarif tambahan 50% terhadap China pada Rabu (9/4). Gedung Putih mengumumkan hal ini akan membuat tarif baru AS terhadap China menjadi 104%, yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Trump sebelumnya telah memberikan waktu 24 jam kepada China untuk membatalkan tarif balasan 34% yang diberlakukannya terhadap barang-barang AS. Jika tidak maka barang-barang China yang masuk ke Amerika akan dikenakan tarif tarif 104%.
Namun, Beijing menantang Washington tidak mengindahkan ancaman tersebut. AS biasanya mengenakan tarif kepada China sebesar 10% lebih kecil dibandikan Beijing, yang memungut tarif yang jauh lebih tinggi pada barang-barang AS.
Donald Trump kemudian menerapkan tarif resiprokal di mana AS akan mengenakan tarif kepada negara lain sekitar setengah dari tarif yang dikenakan negara tersebut kepada AS. Bagi China, ini adalah tambahan 34% sehingga jumlah yang harus dibayar Beijing menjadi 44%.
Beberapa menit setelah pengumuman tarif timbal balik oleh Trump pada 2 April 2025, Gedung Putih selanjutnya mengumumkan 'Darurat Nasional' yang berasal dari masalah keamanan akibat defisit perdagangan yang terus-menerus, AS memberlakukan tarif dasar 10% pada semua negara. Keranjang tarif China sekarang mencapai 54%.
Sekarang dengan tarif tambahan 50% hari ini yang semata-mata hanya untuk China, Beijing sekarang menghadapi pungutan yang belum pernah terjadi sebelumnya sebesar 104% dengan kenaikan hampir 100% dalam waktu kurang dari seminggu.
Namun, Presiden Trump masih membuka pintu bagi Beijing untuk berdamai. Dalam sebuah postingan di platform media sosialnya, Truth Social, ia menulis, "China juga ingin membuat kesepakatan, sangat ingin, tetapi mereka tidak tahu bagaimana memulainya. Kami sedang menunggu panggilan mereka."
China menanggapi ultimatum Presiden Trump dengan menyebutnya sebagai pemerasan. "Ancaman AS untuk meningkatkan tarif terhadap China adalah kesalahan di atas kesalahan, yang sekali lagi mengekspos sifat pemerasan AS," ujar Kementerian Perdagangan China dalam sebuah pernyataan dikutip dari NDTV, Rabu (9/4/2025). "Jika AS bersikeras untuk mendapatkan caranya sendiri, China akan bertarung sampai akhir."
Saat ini dunia sedang menghadapi skenario yang tidak pasti akibat perang dagang dua negara dengan perekonomian terbesar dunia ini. Tidak ada pihak yang bisa berkedip karena pasar global telah mengalami kejatuhan terbesar sejak pandemi Covid-19.
(nng)