loading...
Pemimpin Hizbullah Naim Qassem. Foto/almanar tv
BEIRUT - Pemimpin Hizbullah Naim Qassem tampaknya menolak usulan pelucutan senjata kelompoknya, yang diajukan Amerika Serikat (AS) kepada pimpinan Lebanon bulan lalu. Qassem berargumen pada hari Jumat (18/7/2025) bahwa tentara Israel akan memperluas wilayah di Lebanon jika tidak ada "perlawanan" di negara itu.
"Kami tidak akan menyerah atau menyerah kepada Israel; Israel tidak akan mengambil senjata kami," ujar dia dalam pesan video.
Komentar Qassem berpotensi menjadi pukulan bagi upaya diplomat AS Thomas Barrack bulan lalu untuk mengamankan kesepakatan antara Lebanon dan Israel yang akan melibatkan pelucutan senjata kelompok bersenjata Lebanon tersebut.
Barrack, duta besar AS untuk Turki dan utusan khusus untuk Suriah, telah menyatakan ia "sangat puas" awal bulan ini setelah menerima tanggapan atas usulannya dari otoritas Lebanon, dan menambahkan "rencana ke depan" sedang disusun.
Para pemimpin Lebanon yang menjabat setelah lebih dari setahun permusuhan antara Israel dan Hizbullah telah menjanjikan monopoli negara atas kepemilikan senjata, sembari menuntut Israel mematuhi gencatan senjata dengan kelompok tersebut yang dicapai November lalu.
Perdana Menteri Lebanon Nawaf Salam mengatakan dalam wawancara dengan Al Jadeed TV pada hari Jumat bahwa kekhawatiran akan eskalasi Israel memang beralasan, tetapi proposal AS tersebut merupakan "kesempatan" yang dapat menyebabkan penarikan Israel.