Fimela.com, Jakarta Kolom ramalan zodiak seringkali menjadi hal favorit banyak orang. Zodiak masih dianggap sebagai deskripsi paling sesuai dengan karakter seseorang. Apakah kamu salah satu yang membaca ramalan zodiak dan merasa bahwa deskripsinya sangat sesuai dengan kepribadianmu?
Atau saat kamu mengikuti tes kepribadian di internet dan berpikir, “Ini benar-benar aku!” Jika iya, bisa jadi kamu sedang mengalami Efek Barnum. Dalam dunia psikologi, Efek Barnum adalah fenomena di mana seseorang menganggap deskripsi umum sebagai sesuatu yang sangat personal dan akurat bagi dirinya sendiri.
Mengenal Efek Barnum
Efek Barnum juga dikenal sebagai Barnum effect atau Forer effect adalah bias kognitif di mana individu percaya bahwa pernyataan yang samar dan umum berlaku secara spesifik untuk mereka. Nama "Barnum" berasal dari P.T. Barnum, seorang showman asal Amerika Serikat yang dikenal dengan frasa “a little something for everybody.” Frasa ini merujuk pada cara dia menyusun pertunjukan hiburan yang bisa menarik banyak kalangan.
Efek ini pertama kali dipelajari secara ilmiah oleh psikolog Bertram R. Forer pada tahun 1948. Forer memberikan tes kepribadian kepada mahasiswanya, lalu memberikan hasil yang sebenarnya sama persis untuk semua orang. Anehnya, para mahasiswa menilai hasil tersebut sangat akurat menggambarkan kepribadian mereka, dengan skor rata-rata 4,26 dari 5 dalam hal keakuratan.
Contoh sederhana dari efek barnum adalah ramalan zodiak. Pernyataan seperti “Kamu adalah orang yang kadang terbuka, tapi juga bisa sangat tertutup dalam situasi tertentu,” dalam ramalan yang sedang kamu baca terasa personal padahal sebenarnya berlaku untuk hampir semua orang.
Tak hanya itu, pembacaan tarot, tes kepribadian hingga kata-kata motivasi yang kamu ‘percaya’ bisa jadi adalah efek barnum. Hal yang terlihat seperti personal padahal adalah kalimat umum.
Penjelasan Ilmiah tentang Ramalan kenapa Pesannya Terkesan Personal
Banyak penelitian yang mengungkap kenapa kita menjadi ‘percaya’ dengan ramalan. Sahabat Fimela, dari sudut pandang psikologi kognitif, Efek Barnum berkaitan dengan beberapa proses mental antara lain karena keinginan manusia untuk memahami diri sendiri. Manusia cenderung mencari makna dan pemahaman tentang siapa diri mereka. Deskripsi umum menyediakan “jawaban cepat” untuk kebutuhan ini.
Tak hanya itu, deskripsi yang dipakai dalam Efek Barnum biasanya bersifat positif atau netral, sehingga mudah diterima oleh siapa saja. Misalnya, “Kamu punya potensi besar yang belum sepenuhnya tergali” adalah pernyataan yang hampir semua orang inginkan atau yakini. Sehingga kita pun percaya bahwa kalimat tersebut bersifat personal padahal itu ungkapan umum.
Terakhir, kita cenderung berpikir bahwa kita lebih kompleks dan unik dari orang lain, sehingga ketika deskripsi umum terasa cocok, kita menyimpulkan bahwa itu ditulis khusus untuk kita.
Efek Barnum dalam Bisnis
Efek Barnum tak selalu tentang ramalan dan tes kepribadian. Efek psikologis dari hal ini dimanfaatkan dalam dunia bisnis. Terutama dalam marketing.
Iklan sering menggunakan bahasa yang seolah-olah bicara langsung kepada individu. Contohnya, “Produk ini dibuat untuk kamu yang ingin tampil percaya diri.” Tak hanya itu Algoritma media sosial mempelajari kebiasaan pengguna untuk menyajikan konten yang terasa sangat “relatable,” padahal sebenarnya didesain untuk berlaku secara luas.
Cara Menghindari Efek Barnum
Walaupun efek ini tidak selalu berdampak negatif, ada baiknya kita menyadari ketika sedang mengalaminya. Berikut beberapa cara untuk lebih kritis:
- Tanyakan: Apakah ini berlaku untuk banyak orang? Jika iya, mungkin itu bukan pernyataan yang sangat personal.
- Cek Validitas Ilmiah: Jika kamu melakukan tes kepribadian, periksa apakah tes tersebut diakui secara ilmiah seperti MBTI, Big Five, atau DISC (meski beberapa dari ini pun memiliki keterbatasan).
- Latih Skeptisisme Sehat: Belajarlah membedakan antara klaim yang didukung data dengan klaim yang hanya terdengar meyakinkan.
Efek Barnum menunjukkan betapa mudahnya otak manusia terpengaruh oleh deskripsi umum yang terdengar personal. Fenomena ini menjadi pengingat penting untuk tetap kritis dalam menerima informasi, terutama yang menyangkut identitas diri. Di satu sisi, memahami efek ini bisa membantu kita tidak mudah percaya pada hal-hal yang tampak “masuk akal” tapi sebenarnya ilusi. Di sisi lain, ia juga menunjukkan betapa kuatnya dorongan manusia untuk merasa dipahami.
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.