Perdana, PT Ceria Berhasil Produksi Ferronickel

3 hours ago 2

loading...

Ceria Group pertama kalinya berhasil memproduksi ferronickel, Minggu 27 April 2025. Produksi perdana ferronickel ini bertepatan dengan HUT ke-61 Sultra. Foto/Dok. SindoNews

KOLAKA - PT Ceria Nugraha Indotama (Ceria Group) pertama kalinya berhasil memproduksi ferronickel. Bukan sekadar logam, produksi ini simbol komitmen besar menuju industri berkelanjutan berbasis environmental, social, and governance (ESG) .

Produksi perdana ferronickel ini bertepatan dengan HUT ke-61 Sultra, Minggu 27 April 2025. CEO Ceria Group Derian Sakmiwata mengungkapkan, pencapaian monumental dengan target Project Commercial Operation Date (PCOD) smelter yang telah berjalan tepat waktu.

Bukan hanya menjadi kebanggaan bagi Smelter Merah Putih milik PT Ceria yang berlokasi di Wolo, Kabupaten Kolaka, produksi ini juga memperkuat posisi Indonesia sebagai pionir dalam pengembangan industri nikel hijau berbasis ESG. "Ini bukan hanya kebanggaan PT Ceria, tapi juga untuk Indonesia," katanya.

Ferronickel (FeNi) adalah bahan strategis untuk industri dunia. Menjadi tulang punggung pembuatan stainless steel dan bahan utama komponen kendaraan listrik (EV). "Namun lebih dari itu, melalui inovasi teknologi, PT Ceria memastikan bahwa ferronickel yang dihasilkan bukan hanya berkualitas tinggi, tetapi juga membawa misi keberlanjutan," jelasnya.

Derian menegaskan, produksi perdana ini bukanlah akhir, tetapi justru permulaan. PT Ceria siap melanjutkan pembangunan RKEF Line 2, Line 3, dan Line 4, menargetkan total kapasitas produksi 252.800 ton ferronickel per tahun.

Tak berhenti di situ, PT Ceria juga akan mengembangkan Nickel Matte Converter, Nickel Sulphate Plant, dan High Pressure Acid Leach (HPAL) Plant untuk menghasilkan Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) — material kunci baterai kendaraan listrik dunia.

"PT Ceria telah menyalakan kebangkitan dan semangat perubahan — mendorong Indonesia lebih cepat masuk ke era industri hijau global, memperkuat posisi sebagai pemimpin dunia dalam rantai pasok energi bersih," paparnya.

Dengan produksi ferronickel perdana ini, PT Ceria menegaskan bahwa era baru industri nikel hijau telah resmi dimulai. "Dari Kolaka, semangat keberlanjutan Indonesia bergema ke seluruh dunia," tandasnya.

General Manager RKEF Operation Readiness PT Ceria, Roimon Barus menjelaskan, smelter Merah Putih Ceria mengadopsi teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) berkapasitas 72 MVA untuk memproduksi ferronickel sebesar 63.200 ton per tahun atau sekitar 13.900 ton logam nikel. Smelter ini juga menggunakan Rectangular Electric Furnace, desain tanur persegi panjang yang mampu menahan panas lebih lama, meningkatkan efisiensi energi, dan secara signifikan menekan emisi gas buang.

"Semua proses produksi didukung energi hijau dari PLN UID Sulselrabar bersertifikat Renewable Energy Certificate (REC), menjadikan Smelter Merah Putih sebagai salah satu fasilitas industri nikel dengan jejak karbon terendah di Indonesia," jelasnya.

Read Entire Article
Prestasi | | | |