Review Buku Novel The Red Palace (Istana Merah)

3 days ago 13

Judul: The Red Palace (Istana Merah)

Penulis: June Hur

Alih bahasa: Meggy Soedjatmiko

Editor: Merry Riansyah

Cover: Martin Dima

Cetakan ketiga: Oktober 2024

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Joseon (Korea), 1758.

Anak haram pada masa itu hanya punya sedikit pilihan hidup. Namun, berkat kerja keras dan tekun belajar, Hyeon, gadis berusia delapan belas tahun, berhasil menjadi perawat di istana. Dengan selalu patuh dan giat bekerja, ia berharap sang ayah akhirnya mau mengakui dirinya.

Namun, Hyeon tiba-tiba terjerumus ke dalam politik istana yang kelam dan berbahaya saat dalam waktu semalam, empat wanita tewas terbunuh. Tersangkanya teman dekat dan gurunya sendiri.

Maka dengan tekad bulat untuk membuktikan sang guru tidak bersalah, Hyeon diam-diam melakukan penyelidikan. Ia lalu bertemu Eojin, inspektur polisi muda yang juga memburu si pembunuh. Ketika bukti-bukti mulai mengarah pada sang Putra Mahkota, Hyeon dan Eojin harus bekerja sama membongkar berbagai rahasia mematikan di istana.

***

... kubisikkan mantra pada diri sendiri: "Aku tidak akan pernah menjadi seperti Ibu."Aku tidak akan mencintai, kalau aku tidak dicintai lebih dahulu dan paling dicintai.Aku tidak akan menjadi apa pun sama sekali, kalau aku tak bisa menjadi yang pertama.Aku tidak akan hidup merana dalam hening sementara dunia melewatiku, seperti Ibu. (hlm. 36)

Hidupku sudah merupakan kesalahan--terlahir sebagai anak perempuan, dan di luar ikatan pernikahan. (hlm. 48)

Kebohongan merupakan satu-satunya pertahanan yang dimiliki orang rendahan terhadap kaum yang berkuasa. (hlm. 69)

Menjadi anak laki-laki membuka pintu-pintu yang tak akan pernah terbuka untukku, melindunginya dengan cara di mana statusku sendiri sebagai perempuan malah menelanjangiku. (hlm. 143)

Orang-orang yang kaucintailah yang membuat hidup celaka menjadi layak dijalani. (hlm. 149)

Balas dendam membuahkan balas dendam; amarahnya tak pernah terpuaskan. Kita menjadi monster yang ingin kita hukum. Tapi, keadilan membawa penyelesaian, dan itu yang aku inginkan. (hlm. 196)

Hidup tidak selalu seperti bacaan romantis. (hlm. 228)

Ingat apa yang selalu kukatakan padamu: Kita harus menghargai hidup orang lain. Dan mereka yang paling rapuh adalah yang paling berharga. (hlm. 242)

Kalau masuk istana, kau akan mati atau berhasil bertahan dan menjadi satu lagi monster di dalam dinding-dindingnya... (hlm. 279)

Tapi, saat bersamamu... aku tak pernah merasa perlu menjadi seseorang yang bukan diriku. (hlm. 317)

***

Dalam proses penyelidikannya, Hyeon bertemu dengan Eojin, seorang inspektur polisi muda. Mereka berdua melakukan berbagai macam upaya termasuk yang membahayakan nyawa mereka tersendiri untuk mencari kebenaran atas siapa yang membunuh empat wanita tersebut. Apa pula motif si pembunuh melakukan aksi yang begitu kejam kepada wanita-wanita tersebut?

Ada kecurigaan bahwa Putra Mahkota yang membunuh keempat wanita tersebut. Namun, ada alibi yang bisa membantah kecurigaan itu. Meskipun demikian, ada sesuatu yang diketahui oleh Hyeon. Sebab pada malam kejadian, dia menyaksikan sesuatu yang tak biasa.

Tidak mudah bagi Hyeon melakukan penyelidikan tersebut. Bahkan ayahnya sendiri seakan memperumit segalanya. Meskipun sejak lama hubungannya dengan sang ayah tak pernah hangat, dia tak pernah menyangka situasinya menjadi makin rumit.

Kehadiran Eojin mengubah banyak hal dalam hidup Hyeon. Eojin punya alasan tersendiri ikut terlibat dalam penyelidikan tersebut. Penyelidikan dan pencarian bukti yang dilakukannya bersama Hyeon pun menghadirkan berbagai pengalaman baru, termasuk soal suatu perasaan baru yang tumbuh sekaligus pertaruhan nyawa yang harus menjadi risiko terbesar.

Membaca novel ini kita akan diajak untuk seakan masuk dalam labirin kehidupan istana yang mendebarkan. Dengan latar tahun 1758 di era Dinasti Joseon, kita akan melihat bagaimana konflik-konflik istana dan peraturan-peraturan yang mengikat menghadirkan pengalaman membaca yang begitu intens. Mengikuti perjuangan Hyeon mengumpulkan bukti, menemui para saksi, hingga menghadapi kejadian yang membuat nyawanya berada di ujung tanduk benar-benar menghadirkan pengalaman dramatis tersendiri.

Mengupas satu demi satu misteri yang terjadi atas kasus pembunuhan mengerikan memberi pengalaman membaca yang berkesan. Mencari tahu siapa yang punya motif paling kuat sebagai pembunuh membuat kita terus menebak-nebak siapa dalang sesungguhnya. Bahkan mencari tahu siapa yang sebenarnya jahat dan baik juga membuat kita terus penasaran.

Selain konflik istana, hubungan anak dan orangtua juga menjadi sorotan dalam novel ini. Tentang bagaimana Hyeon berusaha untuk menjalani hidupnya setegar mungkin meskipun ayahnya tak pernah bersikap baik padanya. Rasa irinya terhadap adiknya sendiri yang terlahir sebagai seorang laki-laki dan rasa marah yang ia pendam terhadap ibunya membuat Hyeon memiliki sebentuk tekad tersendiri. Dia ingin membuktikan dirinya bisa berdiri di atas kaki sendiri meskipun di dalam lubuk hatinya yang paling dalam dia sangat mendambahkan cinta dan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Terlahir sebagai anak perempuan yang lahir di luar ikatan pernikahan sangat tidak mudah di era tersebut.

Ketika satu demi satu kebenaran akhirnya terkuak, masalah tidak selesai begitu saja. Membaca novel ini membuat kita merasa geram atas peristiwa sebenarnya yang terjadi. Kecurigaan-kecurigaan yang akhirnya terbukti tak lantas membuat segalanya membaik. Ada kesedihan mendalam yang akan kita rasakan ketika menyusuri kebenaran yang dikupas.

Sosok Hyeon dalam novel ini digambarkan sebagai karakter yang kuat tetapi juga rapuh. Dia memiliki keberanian yang luar biasa sekaligus memiliki kerentanan yang dalam. Menjadi perawat istana artinya dia harus siap untuk tunduk mengikuti semua peraturan. Dia juga terikat dengan semua ketetapan yang melekat pada dirinya sebagai orang yang memiliki tugas penting sekaligus memiliki peran yang bisa membahayakan dirinya sendiri. 

Kalau Sahabat Fimela menyukai cerita dengan latar belakang sejarah, novel ini bisa menjadi pilihan yan menarik. Seperti penuturan penulisnya, June Hur, novel ini didasarkan secara lepas pada kehidupan dan kematian Putra Mahkota Jangheon. Novel ini menuturkan sebuah kisah yang diusahakan untuk tetap setia terhadap sejarah. 

Bagi yang menyukai novel dengan kisah misteri atau yang memberi pengalaman membaca intens, The Red Palace juga bisa menjadi rekomendasi yang tepat. Ada kisah romansa yang memberi warna tersendiri di novel ini. Pengembangan karakternya, khususnya Hyeon, juga sangat menarik untuk diikuti. Sebuah kebenaran yang akhirnya terungkap pun memberi pengalaman membaca yang tak terlupakan. 

Read Entire Article
Prestasi | | | |