loading...
Warga Gaza berjalan di antara puing gedung akibat serangan Israel. Foto/anadolu
GAZA - Data PBB terkini mengungkapkan satu dari sepuluh bom yang dijatuhkan militer Israel di Jalur Gaza sejak dimulainya perang pada 7 Oktober 2023 gagal meledak.
Menurut PBB, kondisi itu menimbulkan ancaman berkelanjutan bagi kehidupan warga Palestina di sana, terutama mengingat kepadatan penduduk yang tinggi dan kembalinya beberapa keluarga ke daerah yang hancur.
Menurut Badan Aksi Ranjau Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNMAS), bom yang tidak meledak ini menyebabkan kecelakaan tragis.
Sebanyak 23 orang tewas dan 162 orang lainnya terluka, sebagian besar warga sipil, akibat ledakan amunisi ini saat penduduk berada di rumah mereka atau mencoba membersihkan puing-puing.
Pejabat bantuan kemanusiaan telah mengindikasikan upaya internasional untuk membersihkan bom yang tidak meledak selama masa tenang menghadapi kendala signifikan dari otoritas Israel, yang menghalangi masuknya tim khusus dan peralatan yang diperlukan ke Jalur Gaza.
Para ahli memperingatkan membiarkan persenjataan yang belum meledak tanpa penanganan akan meningkatkan jumlah korban di masa mendatang, mempersulit upaya rekonstruksi, dan memperburuk situasi kemanusiaan yang memburuk di Jalur Gaza.
Sejak Israel mengingkari gencatan senjata pada tanggal 18 Maret, Israel telah membunuh dan melukai ribuan warga Palestina di seluruh Jalur Gaza melalui pemboman udara berdarah dan berkelanjutan.
Pada tanggal 7 Oktober 2023, setelah operasi Perlawanan Palestina di Israel selatan, militer Israel melancarkan perang genosida terhadap warga Palestina, menewaskan lebih dari 51.000 orang, melukai lebih dari 116.000 orang, dan lebih dari 14.000 orang masih hilang.
Meskipun banyak negara di seluruh dunia terus mengutuk genosida Israel, hanya sedikit yang dilakukan untuk meminta pertanggungjawaban Israel.
(sya)