loading...
Meutya Hafid, secara tegas menuntut agar pengembangan AI di Tanah Air tidak hanya menjadi ajang pamer teknologi atau mesin pencetak uang bagi segelintir elit. Foto: Komdigi
JAKARTA - Di tengah "demam" kecerdasan buatan (AI) yang kini menjangkiti setiap sudut industri, peringatan keras dan fundamental datang dari Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi).
Meutya Hafid, secara tegas menuntut agar pengembangan AI di Tanah Air tidak hanya menjadi ajang pamer teknologi atau mesin pencetak uang bagi segelintir elite. Arahnya harus jelas: memberi manfaat nyata dan mempermudah kehidupan masyarakat luas.
Ini bukan sekadar imbauan. Ini adalah sebuah garis batas yang ditarik oleh pemerintah, pertaruhan untuk memastikan bahwa AI, sang "pedang bermata dua" ini, akan menjadi berkah, bukan bencana, bagi masa depan bangsa.
Kolaborasi sebagai Kunci, Bukan Monopoli
Meutya Hafid menekankan bahwa fondasi dari strategi AI nasional yang sehat adalah kolaborasi, bukan monopoli. Ia menunjuk contoh nyata dari kerja sama yang telah terjalin antara pemerintah dan sektor swasta, seperti peluncuran Indosat AI Experience Center di Jayapura, Papua, hasil kolaborasi dengan Indosat Ooredoo Hutchison (IOH).
Langkah ini adalah sebuah sinyal bahwa pemerintah membuka pintu bagi inovasi dari mana pun, selama tujuannya sejalan dengan kepentingan nasional.