Fimela.com, Malang Trauma bukanlah sesuatu yang disengaja dan diinginkan seseorang. Banyak dari kita yang mengidap trauma dan harus menghadapi rasa cemas dan takut akan suatu hal sepanjang hidupnya. Rasa trauma timbul dari kejadian masa yang sudah berlalu, seperti pengalaman masa kecil atau momen beberapa tahun lalu.
Saat mulai melangkah maju untuk berani menghadapi trauma, terdapat momen di mana kita mulai meragukan bahwa trauma bisa sembuh. Adanya pemicu rasa cemas kembali yang mengancam dan mengingatkan akan kejadian yang pernah dialami. Tentunya, perjalanan untuk sembuh dari trauma tidaklah mudah. Banyak momen yang sulit untuk dihadapi dan membuat kita ragu bahwa kita bisa sembuh.
Trauma dari keluarga, pertemanan masa kecil, atau hubungan masa lalu dapat membentuk pemikiran kita tentang diri, hubungan, atau bahkan pandangan terhadap dunia. Trauma berdampak besar bagi kesehatan mental kita, bahkan mengakibatkan rasa cemas berlebihan, depresi, dan mati rasa. Bagi pengidap trauma, dunia seakan selalu penuh ancaman, tidak aman, dan tidak dapat dipercaya.
Dampak Trauma Masih Tertinggal Setelah Kejadian Berlalu
Trauma kompleks yang berasal dari kejadian yang berulang dan berkepanjangan, akan menghasilkan pola-pola maladaptif yang mengakar. Maladaptif atau tindakan yang menghalangi seseorang untuk beradaptasi, akan berujung pada kesulitan menjalin hubungan, merasa malu, dan perasaan diri yang buruk. Pola ini menjadi hambatan untuk sembuh, yang tentunya membutuhkan dukungan untuk mengatasinya.
Trauma Menjadi Bagian dalam Hidup
Banyak dari kita merasa trauma menjadi bagian konstan dalam kehidupan kita dan akan hadir di saat yang tidak terduga. Perasaan ini akan datang kembali di saat kita melihat suatu tanda yang mengingatkan kita akan situasi tidak berdaya dan putus asa dari masa lalu. Pikiran ini akan memberikan sinyal ke badan kita dan menimbulkan hormon stres yang masif untuk memproteksi diri dari bahaya.
Sebesar apapun keinginan kita untuk sembuh dan selesai dengan trauma, kenyataannya adalah kita tidak akan bisa menghindari reaksi tersebut. Tubuh dan pikiran kita tidak melupakan kejadian buruk yang pernah kita alami.
Apapun yang mengingatkan kita tentang hal buruk yang menyebabkan trauma, dapat menciptakan pandangan bahwa hal tersebut mengancam jiwa. Musik sedih, tanggal ulang tahun, aroma parfum tertentu, suatu hal kecil yang dapat menjadi pemicu untuk mengaktifkan trauma kembali. Pemicu ini mengingatkan otak kembali dengan anak kecil yang berusaha mengatasi lingkungan yang buruk. Pengalaman ini adalah bagian normal untuk sembuh.
Dengan Trauma, Ada Hal yang Kita Sembuhkan dan Ada Hal yang Harus Diatasi
Tujuan dari penyembuhan trauma adalah bukan menganggap seakan kejadian buruk tersebut tidak pernah terjadi. Namun, kita belajar untuk mengelola dan mengatasi perasaan yang datang. Kita mungkin tidak pernah berhenti mengasosiasikan aroma parfum atau tanggal anniversary dengan memori negatif. Namun, kita belajar untuk mengelola gejala dan perasaan yang beriringan dengan memori kita.
Penyembuhan tidak berarti kita tidak akan merasakan emosi negatif tersebut. Namun, sembuh berarti kita merasakan dan memikirkan hal tersebut secukupnya dan mampu kembali ke pikiran positif dengan cepat. Kita sembuh di saat kita tidak lagi merasakan dan memikirkan hal negatif berkepanjangan. Walaupun kita sedih, kita tahu bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Penyembuhan dari Trauma Bukanlah Proses Linear
Proses sembuh dari trauma akan bergejolak naik dan turun. Mustahil untuk bangun di suatu hari dan rasa sakit akan hilang total. Banyak dari kita yang mengalami penyembuhan dari patah tulang dan kita membutuhkan beberapa hari bahkan minggu untuk merasakan rasa sakit, sampai akhirnya sembuh.
Akan ada momen di mana pengingat trauma akan membangkitkan reaksi emosional yang kuat dan membuat kita terjerumus kembali di jurang keputusasaan. Namun, kita selalu memiliki kesempatan untuk melanjutkan proses penyembuhan.
Untuk para pejuang, perjalanan untuk sembuh mulai dari mengakui kenyataan tentang kejadian buruk tersebut dan mempersilahkan perasaan untuk hadir beriringan dengan trauma. Proses validasi dan penerimaan menjadi dasar untuk penyembuhan. Durasi penyembuhan bergantung pada para penyintas, level kesadaran diri, dan dukungan yang dimiliki.
Walaupun banyak tantangan, sembuh dari trauma adalah suatu hal yang sangat mungkin. Ini adalah bagian dari perjalanan penyembuhan diri, ketahanan, dan transformasi. Seiring berjalannya waktu, pejuang akan belajar untuk menyayangi, merawat, memprioritaskan, dan menghargai seluruh bagian dari diri. Sembuh dari trauma berarti kita memeluk suka dan duka dari masa lalu, serta mencari pembelajaran dari luka tersebut. Untuk kamu yang sedang berjuang untuk sembuh dari trauma, percayalah kamu akan berhasil dan harimu akan lebih indah.
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5336309/original/037382100_1756869448-pexels-mart-production-7699305.jpg)
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5336310/original/025105900_1756869450-pexels-mikhail-nilov-28123720.jpg)
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5336311/original/018562200_1756869453-pexels-rdne-6003784.jpg)
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5336312/original/056004900_1756869456-pexels-mart-production-7699322.jpg)
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5336313/original/042524900_1756869459-pexels-cottonbro-6603353.jpg)















































