Kisah Perang Bhatoro Katong vs Ki Ageng Kutu dalam Penyebaran Islam di Ponorogo

20 hours ago 6

loading...

Bhatoro Katong pernah terlibat perang sengit Ki Ageng Kutu yang merupakan kerabat dekat Prabu Brawijaya V dari Kerajaan Majapahit dalam proses penyebaran Islam di Ponorogo. FOTO ILUSTRASI/IST

BHATORO Katong konon merupakan utusan Kesultanan Demak yang menyebarkan agama Islam di Ponorogo , Jawa Timur. Ia juga dikenal sebagai Adipati pertama Ponorogo. Dalam proses penyebaran Islam oleh Bhatoro Katong di Ponorogo tak melulu mulus.

Konon suatu ketika Bhatoro Katong pernah terlibat perang sengit Ki Ageng Kutu atau dengan nama lain Ki Demang Kutu Suryo Alam yang merupakan kerabat dekat Prabu Brawijaya V dari Kerajaan Majapahit. Bhatoro Katong kala itu menyebarkan agama Islam kepada orang Jawa yang memeluk agama Hindu dan Buddha.

Suatu ketika perjalanan Bhatoro Katong dari Demak mengarah ke tenggara tiba di Desa Plampitan, yang saat ini Desa Setono, perdikan Bhatoro Katong di wilayah Kota Ponorogo. Di desa itulah konon Bhatoro Katong bersama prajuritnya mengajarkan agama Islam.

Orang-orang Jawa saat itu senang dengan agama Islam yang diajarkan oleh Bhatoro Katong dan pasukannya, sebagaimana dikutip dari "Kisah Brang Wetan :Berdasarkan Babad Alit dan Babade Nagara Patjitan", terjemahan Karsono Hardjoseputro.

Ketika itu, Ki Ageng Kutu yang menganut agama Buddha sudah mendengar bahwa Bhatoro Katong mengajarkan agama Islam kepada orang-orang Jawa yang berada di wilayahnya. Ki Ageng Kutu tidak menghalangi karena sudah tahu bahwa hal itu merupakan perintah Sultan Demak. Setelah beberapa tahun, orang-orang sebelah utara, mulai Desa Plampitan ke utara hingga Madiun, telah masuk agama Islam.

Bhatoro Katong kemudian bergerak ke selatan, menduduki Desa Nglangu, mendekati kota Ki Ageng Kutu. Di desa itu, dia juga mengajarkan agama Islam. Lama-kelamaan, Ki Ageng Kutu disarankan agar masuk Islam dan meninggalkan agama Buddha. Ki Ageng Kutu menolak karena merasa sudah tua dan sudah cocok dengan agama Buddha.

Meskipun demikian, ia tidak melarang apabila ada orang di wilayahnya akan masuk agama Islam. Bhatoro Katong tidak puas atas jawaban demikian, dan terus memaksa Ki Ageng Kutu memeluk Islam. Akhirnya, mereka berselisih kata dan bertikai, sehingga pecah perang antara orang Islam dan orang Buddha.

Perang berlangsung hingga bertahun-tahun dan saling mengalahkan. Kadang-kadang orang Buddha kalah, di lain waktu orang Islam yang kalah. Suatu ketika, Ki Ageng Kutu mengerahkan bala tentaranya dengan memanggil para pendeta dan pertapa di gunung untuk maju perang.

Sementara itu, Ki Ageng Kutu berperang pada malam hari. Konon tunggangannya banteng gagah perkasa, dengan lompatan sangat kuat dan jauh. Senjata Ki Ageng Kutu berupa tombak dan pedang. Pada suatu malam, ketika semua sudah siap, seluruh orang Buddha maju perang dengan dipimpin Ki Ageng Kutu dan ajar Gunung Bayangkaki.

Medan perang berada di sebelah utara Desa Nglawu, yang kini masuk sebuah dukuh di Desa Jabung, Kecamatan Mlarak, Ponorogo. Ketika itu banyak orang Islam yang mati dan kalah. Mereka yang selamat dari kematian melarikan diri dan mencari hidup, bersembunyi di hutan atau di desa-desa orang Islam.

Bhatoro Katong juga melarikan diri, terpisah dengan bala tentaranya, hingga tiba di Kali Tempuran. Setelah tahu orang-orang Islam melarikan diri dan tak tersisa, orang-orang Buddha pulang kembali ke rumah masing-masing. Bhatoro Katong sangat sedih. Dia kemudian kembali ke Demak untuk minta bantuan ke Sultan Demak kembali memberi bala tentara.

(abd)

Read Entire Article
Prestasi | | | |