Kisah Tunggul Ametung, Penguasa Tumapel dari Kaum Rendahan yang Menyusahkan Rakyat

16 hours ago 6

loading...

Ken Arok berhasil membunuh Tunggul Ametung, penguasa Tumapel di bawah Kerajaan Kediri. Berawal dari pemberontakan tersebut, Tumapel melakukan perlawanan ke Kertajaya yang berkuasa di Daha, ibu kota Kerajaan Kediri. Foto: Ist

KENArok berhasil membunuh Tunggul Ametung, sang penguasa Tumapel di bawah Kerajaan Kediri. Berawal dari pemberontakan tersebut, Tumapel melakukan perlawanan ke Kertajaya yang berkuasa di Daha, ibu kota Kerajaan Kediri.

Tumapel sebelum merdeka merupakan akuwu atau setingkat bupati di bawah kekuasaan Kediri yang dipimpin Tunggul Ametung. Tunggul Ametung dan Kertajaya saat itu sama-sama memiliki sifat egois dan tidak bisa diatur serta keras kepala.

Baca juga: Cinta Segitiga Ken Arok, Ken Dedes dan Tunggul Ametung: Pemilik Rahim Ibu Raja Jawa

Keduanya juga memiliki kebiasaan buruk sama-sama suka merampas dan mengambil harta benda rakyatnya. Mereka kerap hidup bermewah-mewahan di istana ibu kota, di luar gubug reyot yang menjadi tempat tinggal rakyat Tumapel.

Sifat Tunggul Ametung bahkan disebut sama dengan Kertajaya yakni sama-sama menistakan dan menghina Brahmana atau golongan pemuka agama dalam Hindu Siwa sebagaimana dikutip dari "Hitam Putih Ken Arok : Dari Kejayaan Hingga Keruntuhan".

Hal ini yang memunculkan perlawanan dari rakyatnya, salah satunya Ken Arok. Ketika Tumapel di bawah kekuasaannya jarang menyetorkan upeti ke Kediri, karena sering dirampok dan dibegal oleh kelompoknya Ken Arok. Tunggul Ametung, sang penguasa Tumapel langsung mengungkit-ungkit jasanya.

Kalau hanya sekadar menghadapi perampok dan begal sudah menjadi pekerjaannya sehari-hari sejak sebelum dirinya diangkat sebagai akuwu Tumapel. Namun, belakangan setelah dia menikahi Ken Dedes secara paksa, orang yang merampok upetinya yang hendak dikirim ke Kediri adalah sosok yang mengaku Brahmana yang membuat Ametung dan seluruh bala tentaranya tergoncang dan diteror ketakutan.

Melihat sosok itu, Tunggul Ametung langsung berkeyakinan bahwa sosok tunggal yang merampok dirinya itu jelas seorang Brahmana yang sakti, dia tentunya seorang mahasiddhi atau istilahnya pemilik kesaktian tinggi. Dari persoalan inilah kelak Tunggul Ametung mengalami krisis kepercayaan dari Raja Kediri Kertajaya.

(jon)

Read Entire Article
Prestasi | | | |