loading...
Program OASIS Schoolyards di Semarang sukses mengajarkan anak-anak soal perubahan iklim. Foto: ist
SEMARANG - Di saat para pemimpin dunia berdebat soal kebijakan iklim yang rumit, sebuah "laboratorium hidup" yang sunyi namun revolusioner justru lahir di halaman-halaman sekolah dasar di Semarang.
Program OASIS Schoolyards yang baru saja tuntas ini bukan sekadar proyek penghijauan biasa. Ini jadi tamparan keras, sebuah pengingat bahwa musuh terbesar generasi mendatang bukanlah perang, melainkan planet yang semakin murka.
Selama sembilan bulan, lima sekolah dasar dan madrasah di pesisir Semarang, yang setiap hari hidup di bawah ancaman banjir rob dan gelombang panas, diubah menjadi benteng pertahanan iklim. Namun, benteng ini tidak dibangun dari beton, melainkan dari pengetahuan yang ditanamkan di benak anak-anak usia dini.
Ancaman Nyata di Depan Mata Anak-Anak
“UNESCO menyoroti bahwa krisis terbesar dunia adalah perubahan iklim, bukan perang. Sehingga pendidikan perubahan iklim adalah prioritas utama," ungkap Ananto Kusuma Seta, Koordinator Nasional Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan dari Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO.
Pernyataan ini bukan lagi teori. Di Indonesia, ancaman itu sudah berada di depan gerbang sekolah. "Saat ini 73% sekolah di Indonesia berada di area rawan banjir," tambah Ananto.