Perang Melawan ODOL: Pengusaha Baik Merasa Dikhianati, Tuntut Insentif Bukan Sekadar Janji Manis

3 months ago 41

loading...

Perang melawan ODOL menjadi masalah yang sangat kompleks dihadapi. Foto: Gemini

JAKARTA - Di tengah genderang perang yang ditabuh polisi terhadap truk Over Dimension dan Over Load (ODOL), sebuah suara kritis muncul bukan dari para pelanggar, melainkan dari mereka yang justru telah berusaha untuk patuh.

Para pengusaha angkutan barang kini menuntut keadilan, merasa pengorbanan mereka untuk menormalisasi armada seolah tak dihargai dan hanya dibalas dengan "apresiasi verbal".

Langkah polisi yang memulai penindakan dengan sosialisasi dan peringatan memang disambut baik. Namun, para pengamat memperingatkan bahwa kebijakan yang hanya fokus pada sanksi dan denda, tanpa memberikan penghargaan bagi yang patuh, adalah sebuah strategi pincang yang berisiko menjadi bumerang.

Muhammad Akbar, seorang pemerhati transportasi, menegaskan bahwa ketegasan adalah kunci untuk menegakkan wibawa aturan. "Tidak boleh ada kompromi dalam hal keselamatan lalu lintas dan perlindungan terhadap infrastruktur jalan," ujarnya.

Namun, ia juga melontarkan kritik pedas. Menurutnya, kebijakan yang semata-mata mengedepankan sanksi akan sulit diterima oleh industri yang selama ini sudah beroperasi dengan margin keuntungan yang tipis.

"Di sinilah pentingnya menerapkan pendekatan yang adil. Pemberian sanksi bagi pelanggar, dan pemberian insentif bagi mereka yang patuh terhadap regulasi," tutur Akbar.

Pengorbanan yang Tak Dianggap

Akbar menyoroti sebuah fakta yang sering luput dari perhatian publik dan pembuat kebijakan. Banyak pengusaha angkutan yang sebenarnya telah berkorban besar untuk mengikuti aturan. Mereka telah mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk mengganti karoseri, mengurangi muatan, bahkan membeli unit armada baru yang sesuai standar.

Read Entire Article
Prestasi | | | |