loading...
Gajah Mada selalu melekat dalam sejarah Nusantara sebagai sosok mahapatih yang teguh pada sumpahnya untuk menyatukan kerajaan-kerajaan di bawah panji Majapahit. Foto/Ilustrasi/Ist
GAJAH MADA selalu melekat dalam sejarah Nusantara sebagai sosok mahapatih yang teguh pada sumpahnya untuk menyatukan kerajaan-kerajaan di bawah panji Kerajaan Majapahit. Namun, di balik ketegasan dan ambisi politiknya, kisah asmara sang panglima perang Majapahit masih menyisakan misteri tentang siapa sebenarnya wanita yang pernah singgah dalam hatinya.
Sejarah hanya meninggalkan sedikit catatan. Tetapi dari serpihan prasasti, literatur, dan cerita tutur, ada tiga nama perempuan yang kerap dikaitkan dengan sosok Gajah Mada: Puranti dari Kahuripan, Dyah Pitaloka Citaresmi dari Sunda, dan Ni Luh Ayu Sekarini dari Bali.
Baca juga: Strategi Gajah Mada Redam Pemberontakan di Kerajaan Majapahit
Kisah asmara Gajah Mada dengan Ni Luh Ayu Sekarini tercatat dalam Prasasti Aria Bebed di Buleleng, Bali. Prasasti ini menggambarkan peristiwa ketika Gajah Mada memimpin penaklukan Bali atas perintah Ratu Tribhuwanatunggadewi.
Di sela-sela peperangan, sang mahapatih sempat berdiam di Pedukuhan Gedangan untuk bertapa. Di tempat itulah ia bertemu dengan putri Ki Dukuh Gedangan, Ni Luh Ayu Sekarini. Pertemuan demi pertemuan menumbuhkan benih cinta. Mereka akhirnya menikah, dan lahirlah seorang putra bernama Aria Bebed.