loading...
Komunitas Orkestra Rakyat Cinta Samudera memperingati Hari Maritim Internasional. Foto/Istimewa
JAKARTA - Komunitas Orkestra Rakyat Cinta Samudera (ORCA) menyoroti masalah laut global dalam memperingati Hari Maritim Internasional. Masalah laut global tersebut mulai dari krisis keanekaragaman hayati, polusi sampah, praktik penangkapan ikan ilegal (IUU), hingga kerentanan pesisir akibat perubahan iklim.
Gerakan kerelawanan lintas komunitas bahari yang berfokus pada aksi nyata, edukasi, dan advokasi pemulihan laut Indonesia ini menegaskan dukungan pada target melindungi sedikitnya 30% lautan pada 2030 (30×30) sebagai langkah nyata menyelamatkan pangan, iklim, dan mata pencaharian jutaan keluarga pesisir. Direktur Dermaga Nasional (DerNas) ORCA Aishah Gray mengungkapkan bahwa laut tidak mengenal batas negara.
“Arus mengalir, stok ikan bermigrasi, dan sampah lintas samudra tiba di pantai kita. Karena itu, solusi harus bertumpu pada komitmen global yang diterjemahkan ke aksi lokal yang terukur dan transparan,” ujar Aishah Gray dalam keterangan tertulisnya, Kamis (25/9/2025).
Baca juga: Hari Laut Sedunia, Aksi Bersih-Bersih Sampah Digelar di Pesisir Pantai Wae Rana
Dalam aksi komunikasinya, ORCA mengusung pesan:
- “The Ocean Is Not for Sale,”
- “Ocean Is Not a Trash Bin,”
- “Protect 30% by 2030,”
- “Protect Fishers, Stop Illegal Fishing,”
- “No Sustainability, No Seafood,” dan
- “Coral Reefs = Life.”
Pesan-pesan ini merangkum tuntutan utama: hentikan eksploitasi yang merusak, lindungi sumber penghidupan nelayan, dan pulihkan ekosistem kunci.
Sedangkan Masalah Laut Global yang Mendesak, adalah:
• Kehilangan keanekaragaman hayati dan kerusakan habitat. Terumbu karang, lamun, dan mangrove menurun akibat tekanan ganda: pemanasan, polusi, dan aktivitas ekstraktif.
• Overfishing & IUU fishing. Penangkapan berlebih, termasuk alat dan praktik destruktif yang menggerus stok ikan, memukul nelayan kecil, dan mengacaukan keseimbangan ekosistem.
• Polusi lintas batas. Sampah lokal dan sampah kiriman pada musim aurtertentu makin membebani pesisir; tanpa tata kelola hulu–hilir, laut menjadi “tempat sampah terakhir”.
• Dampak iklim di pesisir. Kenaikan suhu dan muka laut, abrasi, hingga badai ekstrem memperbesar risiko sosial ekonomi masyarakat pesisir.