loading...
Pertumbuhan kendaraan listrik di Amerika tertinggal jauh dibandingkan dengan Eropa dan China. Foto: ist
AMERIKA - Panggung otomotif global sedang menyajikan sebuah drama kolosal. Di atas kertas, revolusi mobil listrik (EV) tampak melaju kencang dengan total penjualan global mencapai 10,7 juta unit sepanjang Januari hingga Juli 2025, sebuah lompatan impresif 27% dibandingkan tahun lalu.
Namun, di balik angka gemilang itu, terbentang sebuah realitas yang timpang: sebuah kisah tentang raksasa yang tak tergoyahkan, kuda hitam yang menyalip di tikungan, dan negara adidaya yang justru tertatih-tatih di garis start.
Sang Kaisar Tak Tergoyahkan, China
China masih menjadi pusat gravitasi dunia EV. Dengan penjualan mencapai 6,5 juta unit, negara ini sendirian menyumbang lebih dari separuh total penjualan mobil listrik di planet ini.
Lebih dramatis lagi, selama tiga bulan berturut-turut, lebih dari 50% dari total mobil penumpang yang terjual di China adalah mobil listrik.
Namun, di balik dominasi absolut ini, ada sebuah catatan kritis. Kekuatan China sangat ditopang oleh skema subsidi pemerintah yang masif. Muncul pertanyaan: apakah pertumbuhan ini organik, atau sekadar euforia yang dipompa oleh kebijakan?