Fimela.com, Jakarta Dalam beberapa tahun terakhir, istilah soft clubbing mulai ramai dibicarakan, terutama di kalangan anak muda urban dan profesional muda. Soft clubbing adalah gaya berpesta atau bersosialisasi di malam hari yang mengedepankan suasana santai, elegan, dan lebih mindful dibandingkan clubbing konvensional yang identik dengan musik keras, alkohol berlebihan, dan suasana hingar-bingar.
Soft clubbing lebih fokus pada pengalaman sosial yang menyenangkan namun tetap nyaman: musik chill atau lo-fi, minuman ringan atau mocktail, percakapan yang bermakna, serta tempat yang cozy seperti lounge, rooftop bar, atau bahkan galeri seni yang disulap menjadi ruang pesta intim.
Mengapa Soft Clubbing Semakin Populer?
Kebutuhan akan Ruang Sosial yang Sehat
Banyak orang mulai menyadari pentingnya menjaga kesehatan mental dan fisik. Soft clubbing memberikan alternatif bagi mereka yang ingin tetap bersosialisasi tanpa harus merasa "hangover" keesokan harinya.
Gaya Hidup Seimbang
Di tengah kesibukan kerja atau kuliah, soft clubbing menjadi pelarian yang seimbang: bisa bersenang-senang, tapi tetap pulang dalam kondisi fit dan segar.
3. Estetika dan Pengalaman
Generasi muda saat ini sangat memperhatikan estetika dan pengalaman. Soft clubbing seringkali berlangsung di tempat dengan desain interior menarik, pencahayaan lembut, dan musik yang dikurasi—semuanya mendukung suasana yang instagrammable dan terasa eksklusif.
4. Kebangkitan Musik Alternatif & DJ Set Akustik
Tren ini juga didorong oleh musisi dan DJ yang menyuguhkan set musik lebih kalem, seperti deep house, jazz elektronik, downtempo, hingga ambient. Acara soft clubbing sering mengundang DJ yang bermain musik untuk didengarkan, bukan sekadar untuk berdansa.
Ciri-ciri Soft Clubbing
• Dresscode lebih santai namun tetap stylish
Tidak ada keharusan berpakaian glamor berlebihan; cukup tampil chic dan nyaman.
• Minuman beragam, tidak harus alkohol
Menu biasanya menawarkan wine, cocktail ringan, mocktail, teh spesial, hingga kopi artisan.
• Musik sebagai pelengkap suasana, bukan pusat acara
Musik diatur agar tetap bisa mendukung percakapan dan relaksasi.
• Durasi lebih pendek dan waktu lebih awal
Acara soft clubbing biasanya dimulai sejak sore atau awal malam dan berakhir sebelum larut.
Soft Clubbing di Indonesia
Tren ini mulai terlihat di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Bali, dan Surabaya. Beberapa tempat seperti speakeasy bar, hidden café, atau creative space mulai rutin mengadakan acara bertema soft clubbing dengan kolaborasi antara DJ lokal, seniman visual, dan komunitas kreatif.
Soft clubbing bukan sekadar tren, tapi cerminan perubahan gaya hidup anak muda yang semakin sadar akan pentingnya keseimbangan antara hiburan dan kesehatan. Ini adalah bentuk selebrasi malam hari yang lebih slow, soulful, dan sophisticated. Bagi kamu yang ingin menikmati malam tanpa harus terjebak dalam hiruk-pikuk klub malam konvensional, soft clubbing bisa jadi pilihan yang tepat.
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.