loading...
Abu Obeida jadi ikon perlawanan Hamas terhadap Israel. Foto/X/@AuctionMirza
GAZA - Menteri Pertahanan Israel , Israel Katz, mengklaim pada hari Minggu bahwa Israel telah membunuh Abu Obeida, juru bicara sayap militer Hamas yang bertopeng, Brigade al-Qassam, dalam sebuah serangan udara di Kota Gaza.
Menulis di X, Katz membanggakan bahwa "Abu Obeida telah disingkirkan dan dikirim ke neraka terdalam," menyebut operasi tersebut sebagai "pencapaian kualitatif" yang dilakukan bersama Shin Bet.
Namun Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengambil nada yang lebih hati-hati, dengan mengatakan bahwa "jam-jam dan hari-hari mendatang akan mengungkap kebenaran," sebuah tanda keraguan yang langka yang menunjukkan bahwa Israel sendiri tidak yakin apakah mereka benar-benar telah membunuh pria yang selama dua dekade menjadi target paling dicari di Gaza.
Pada hari Sabtu, tentara Israel menyerang sebuah bangunan tempat tinggal di dekat restoran Tailandy di lingkungan al-Rimal di Kota Gaza, menewaskan sedikitnya delapan warga Palestina dan melukai lainnya, menurut pertahanan sipil di wilayah tersebut.
Pertahanan sipil belum memberikan detail apa pun tentang para korban. Namun, saksi mata dan kerabat Abu Obeida mengatakan bahwa setidaknya istri dan tiga anaknya termasuk di antara para korban, tanpa menyebutkan nasibnya.
Terlepas dari ambiguitasnya, pengumuman tersebut menyebar di Gaza seperti api yang berkobar. Di gang-gang, tenda-tenda pengungsian, dan grup WhatsApp, orang-orang berdebat, berduka, dan ragu.
Bagi banyak orang, berita itu memiliki bobot yang lebih dalam: Abu Obeida lebih dari sekadar juru bicara militer Hamas.
Selama bertahun-tahun, ia telah menjadi simbol nasional yang keffiyeh merah-putihnya, wajah tersembunyi, dan kata-kata tajamnya bergema di luar Hamas dan di seluruh identitas Palestina.
6 Fakta Abu Obeida Jadi Ikon Perlawanan Hamas terhadap Israel
1. Dari Jabalia Menjadi Ikon Hamas
Menurut sumber-sumber lokal di Kota Gaza, Abu Obeida, yang bernama Huzaifa Samir al-Kahlout, lahir pada tahun 1985 di kamp pengungsi Jabalia. Ia tumbuh dalam kemiskinan di bawah pengepungan.
Melansir New Arab, ia menyelesaikan studinya di Universitas Islam Gaza, meraih gelar magister dalam dasar-dasar agama, sebelum bergabung dengan sayap militer Hamas.
Nama samarannya mengingatkan pada komandan Muslim terdahulu Abu Obeida ibn al-Jarrah, tetapi citranya lebih erat kaitannya dengan pejuang Hamas, Emad Aqel, yang dibunuh oleh Israel pada tahun 1993, yang dikenal sebagai "pejuang dengan tujuh nyawa."