Apakah BRICS Bakal Berkembang Pesat di Tengah Intimidasi AS?

1 week ago 14

loading...

Kebijakan tarif tinggi yang diterapkan AS justru mendorong negara-negara anggota BRICS semakin solid dan mempererat kerja sama ekonomi. FOTO/AP

JAKARTA - Kebijakan tarif tinggi yang diterapkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dinilai justru mendorong negara-negara anggota BRICS semakin solid dan mempererat kerja sama ekonomi. Alih-alih melemah, kelompok ekonomi yang beranggotakan negara-negara berkembang besar itu disebut semakin memiliki insentif untuk mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS.

China, anggota terbesar BRICS, berpotensi menghadapi tarif hingga 145 persen bila tidak mencapai kesepakatan dagang dengan Washington. Brasil dan India telah dikenakan tarif 50 persen, sebagian di antaranya terkait pembelian minyak murah dari Rusia. Afrika Selatan menghadapi bea masuk 30 persen, sementara anggota baru seperti Mesir juga terancam kebijakan serupa karena keterlibatan mereka di BRICS.

Sejak tujuh bulan pertama masa jabatan keduanya, Trump kerap memperingatkan sanksi tambahan terhadap negara-negara yang dianggap mendukung “kebijakan anti-Amerika”. BRICS, yang kini berkembang menjadi simbol tantangan terhadap dominasi global AS, disebut secara tersirat sebagai sasaran utama kebijakan tersebut.

Baca Juga: Laos Resmi Nyatakan Minat Gabung BRICS, Masuk Daftar 45 Negara Calon Anggota

Mantan pejabat perdagangan India, Ajay Srivastava, menilai langkah Trump justru memberi BRICS alasan bersama untuk mengurangi ketergantungan terhadap AS. "Tarif tambahan ini membuat BRICS punya insentif kolektif untuk memperkuat kerja sama meski agenda tiap negara berbeda," ujarnya dikutip dari DW, Sabtu (6/9).

Read Entire Article
Prestasi | | | |