Apakah Mungkin Israel Mengakui Kemerdekaan Palestina?

2 hours ago 3

loading...

Bendera Palestina berkibar di tengah gedung yang hancur akibat serangan Israel di Jalur Gaza. Foto/anadolu

TEL AVIV - Konflik Israel dan Palestina telah berlangsung lebih dari tujuh dekade dan menjadi salah satu isu paling kompleks dalam politik internasional. Pertanyaan yang sering muncul adalah apakah Israel pada suatu saat akan mengakui kemerdekaan Palestina?

Jawaban atas pertanyaan ini tidak sederhana, sebab menyangkut sejarah panjang, faktor politik domestik, isu keamanan, serta dinamika geopolitik global. Berikut adalah poin-poin utama yang bisa menjelaskan kemungkinan tersebut.

1. Sejarah Konflik Israel-Palestina

Konflik Israel-Palestina berakar pada perebutan tanah yang sama, yaitu wilayah bersejarah Palestina. Pada tahun 1947, PBB mengusulkan pembagian wilayah itu menjadi dua negara: satu untuk orang Yahudi dan satu untuk orang Arab Palestina.

Israel menerima, tetapi pihak Arab menolak karena merasa hak mereka dilanggar. Setelah Israel mendeklarasikan kemerdekaannya pada 1948, perang besar meletus, ratusan ribu warga Palestina terusir, dan wilayah yang tersisa semakin menyempit.

Dari sinilah muncul luka sejarah yang hingga kini sulit disembuhkan.

Mengakui Palestina berarti Israel harus mengakui bangsa Palestina juga memiliki hak kedaulatan di tanah yang mereka klaim sebagai tanah leluhur Yahudi. Hal ini bukan hanya soal politik, tetapi juga menyangkut identitas dan narasi sejarah yang tertanam dalam kesadaran nasional Israel.

Bagi sebagian besar warga Israel, pengakuan semacam itu terasa seperti meniadakan perjuangan panjang yang mereka lalui untuk mendirikan negara.

2. Arti Penting Pengakuan Palestina

Jika Israel benar-benar mengakui Palestina, dampaknya akan sangat besar terhadap perdamaian kawasan. Pengakuan itu akan membuka jalan bagi solusi dua negara, yang selama ini dianggap sebagai opsi paling realistis untuk mengakhiri konflik.

Bagi Palestina, pengakuan tersebut akan melegitimasi perjuangan panjang mereka sekaligus memberikan akses penuh ke kedaulatan politik, ekonomi, dan hukum internasional.

Namun dari sudut pandang Israel, pengakuan semacam ini membawa konsekuensi besar. Israel harus bersedia berbagi Yerusalem, mengizinkan Palestina mengontrol perbatasannya, serta memberikan solusi atas isu pengungsi Palestina.

Semua hal itu bisa dianggap melemahkan posisi strategis Israel, sehingga mereka enggan melakukannya meskipun pengakuan itu berpotensi membawa stabilitas jangka panjang.

3. Politik Dalam Negeri Israel

Politik dalam negeri Israel sangat menentukan kemungkinan adanya pengakuan terhadap Palestina. Partai-partai sayap kanan, terutama Likud yang sering berkuasa, cenderung menolak keras gagasan negara Palestina.

Mereka berpendapat mendirikan negara Palestina hanya akan menciptakan ancaman baru di jantung Israel, apalagi dengan adanya serangan roket dari Gaza dan aksi serangan di masa lalu. Sikap ini membuat pemerintah Israel sulit untuk bernegosiasi secara terbuka.

Sebaliknya, kubu moderat dan kiri seperti Partai Buruh dan Meretz lebih mendukung solusi dua negara. Namun, dukungan publik terhadap mereka melemah seiring meningkatnya konflik.

Read Entire Article
Prestasi | | | |