loading...
Riset senilai USD3,5 miliar menyulap BYD menjadi raksasa dengan 14 juta unit kendaraan listrik. Foto: BYD Indonesia
SENTUL, BOGOR - Seperti raksasa yang terbangun dari tidur panjang dan langsung berlari kencang, industri otomotif dunia kini tak lagi berkiblat semata ke Barat atau Jepang, melainkan menunduk pada dominasi baru dari Timur.
Tanpa banyak gembar-gembor, BYD, sang naga dari Shenzhen, diam-diam telah melahirkan 14 juta unit kendaraan elektrifikasi—angka fantastis yang bukan sekadar statistik, melainkan lonceng peringatan bagi para kompetitor bahwa peta penguasa jalanan telah berubah total.
Di tengah sejuknya udara Sentul, Kamis lalu, pengakuan mengejutkan meluncur dari Eagle Zhao, Presiden Direktur PT BYD Motor Indonesia.
Dalam sebuah pertemuan dengan media, Zhao membuka kartu "rahasia dapur" perusahaan yang kini memosisikan diri sebagai salah satu pemain global terbesar di industri kendaraan elektrifikasi atau New Energy Vehicle (NEV).
Klaim produksi sebanyak 14 juta unit kendaraan bukanlah pencapaian semalam. Ini adalah buah dari ketekunan selama dua dekade, di mana inovasi dijadikan panglima, bahkan jika itu harus mengorbankan pundi-pundi keuntungan jangka pendek.
Zhao menegaskan bahwa BYD memegang kendali penuh atas teknologi yang tidak dimiliki oleh para pesaingnya. Mereka tidak sekadar merakit; mereka menciptakan.
Filosofi "Dapur Sendiri"
Dalam dunia bisnis otomotif, lazim bagi pabrikan untuk membeli komponen dari pihak ketiga. Namun, BYD memilih jalan sunyi yang terjal namun menguntungkan di ujung jalan: integrasi vertikal. Zhao menyebutnya sebagai strategi integral.
Bayangkan restoran yang tidak hanya memasak makanan, tetapi juga menanam sayuran, menternakkan sapi, hingga membuat piringnya sendiri.













































