loading...
Peristiwa banjir bandang dan longsor di beberapa wilayah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat dan sekitarnya mendapatkan perhatian dari para pakar ITB. Foto/BNPB.
JAKARTA - Peristiwa banjir bandang dan longsor di beberapa wilayah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat dan sekitarnya mendapatkan perhatian dari para pakar Institut Teknologi Bandung (ITB).
Dalam hal ini dari Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB), yang memandang bahwa fenomena ini merupakan dampak dari interaksi antara faktor atmosfer, kondisi geospasial, dan kapasitas tampung wilayah.
Secara klimatologis, wilayah Sumatera bagian utara memang sedang berada pada puncak musim hujan. Berbeda dengan beberapa wilayah lain di Indonesia, daerah ini memiliki distribusi hujan sepanjang tahun dengan kemungkinan dua kali puncak musim hujan.
Baca juga: 1.009 Sekolah Terdampak Bencana Sumatera, Kemendikdasmen Salurkan Dana Darurat
Ketua Program Studi Meteorologi, Dr. Muhammad Rais Abdillah dari Kelompok Keahlian Sains Atmosfer, menjelaskan bahwa karakteristik curah hujan di wilayah ini memang berbeda dibandingkan daerah lain di Indonesia.
“Memang wilayah Tapanuli sedang berada pada musim hujan, karena Sumatera bagian utara memiliki pola hujan sepanjang tahun atau dua puncak hujan dalam satu tahun, dan saat ini berada pada puncaknya,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa curah hujan pada periode tersebut tergolong sangat lebat. Berdasarkan data lapangan dan laporan media, sejumlah wilayah mencatat curah hujan lebih dari 150 milimeter, bahkan terdapat stasiun BMKG yang mencatat curah hujan lebih dari 300 milimeter, yang dikategorikan sebagai curah hujan ekstrem.












































