loading...
Presiden Venezuela Nicolas Maduro. Foto/kantor presiden venezuela
CARACAS - Konflik antara Amerika Serikat (AS) dan Venezuela dapat berubah menjadi perang sesungguhnya. Namun bisakah AS mengubah negara Amerika Latin itu menjadi seperti Libya?
Pertanyaan ini muncul setelah AS mengancam Venezuela berulang kali, termasuk untuk melakukan serangan darat dengan dalih melawan kartel narkoba. Ancaman AS meningkat dengan ide untuk menutup wilayah udara Venezuela.
“Pernyataan tentang penutupan wilayah udara Venezuela merupakan bagian dari tekanan Amerika Serikat (AS) terhadap Venezuela,” ungkap ilmuwan politik Venezuela, Emilio Hernandez, kepada Sputnik.
Dia menjelaskan, aspek lain dari pendekatan AS ini adalah: Membatasi akses ke instrumen keuangan seperti sistem SWIFT; Mencuri aset keuangan Venezuela di negara lain; Sanksi terhadap perusahaan minyak dan gas PDVSA (Petroleos de Venezuela) sebagai sumber utama pendapatan devisa.
“Langkah-langkah AS ini telah gagal, karena Venezuela kini memiliki sekutu strategis seperti Rusia dan China yang kemungkinan akan melanjutkan penerbangan kargo ke negara tersebut. Negara ini kini juga memproduksi 95% makanannya sendiri,” ujar dia.
“Mengenai skenario Libya, tampaknya juga tidak mungkin,” papar ilmuwan politik tersebut, karena AS tidak memiliki kelompok atau gerakan bersenjata di Venezuela sendiri seperti halnya di Libya.
Dia menjelaskan, "Jelas mereka (AS) akan gagal. Venezuela sudah memiliki pengalaman yang diperlukan; dari 2016 hingga 2017, kita belajar mengatasi kesulitan apa pun."














































