loading...
Investasi manufaktur di sektor EV di dalam China sendiri anjlok drastis, berganti ke luar negeri. Foto: BYD
CHINA - Untuk pertama kalinya dalam sejarah, raksasa-raksasa mobil listrik (EV) China kini lebih memilih menghamburkan uang untuk membangun pabrik di luar negeri ketimbang di tanah kelahiran mereka sendiri. Ini adalah gelombang eksodus besar-besaran yang didorong oleh persaingan brutal di dalam negeri dan tembok tarif yang menjulang tinggi di pasar internasional.
Laporan terbaru dari firma riset asal Amerika Serikat, Rhodium Group, yang dirilis Senin (18/8/2025), mengungkap data yang mengejutkan. Investasi manufaktur di sektor EV di dalam China sendiri anjlok secara dramatis.
Dari puncaknya yang pernah mencapai lebih dari Rp1.440 triliun (sekitar USD90 miliar) pada tahun 2022, angka itu terjun bebas menjadi hanya Rp240 triliun (USD15 miliar) pada tahun 2024.
Untuk pertama kalinya, nilai investasi yang mereka gelontorkan ke luar negeri "sedikit melampaui" angka domestik yang lesu itu. Ini adalah sinyal kuat bahwa para raksasa seperti BYD dan Great Wall Motor (GWM) sedang memutar strategi untuk bertahan hidup dan menaklukkan dunia.
'Kabur' dari Perang Berdarah di Kandang Sendiri
Langkah dramatis ini bukanlah tanpa alasan. Pasar mobil listrik di China telah berubah menjadi arena 'perang berdarah'. Puluhan merek saling banting harga, menekan margin keuntungan hingga titik terendah demi merebut secuil pangsa pasar. Di saat yang sama, negara-negara Barat seperti Uni Eropa dan Amerika Serikat mulai membangun benteng tarif yang tinggi untuk menghalau serbuan mobil murah dari China.