loading...
Menatap 2026, dunia teknologi bersiap hadapi ledakan infrastruktur pusat data di Asia Tenggara, invasi taksi robot di kota besar, hingga kekayaan taipan teknologi yang tak terkejar. Foto: Reuters
JAKARTA - Tahun 2026 diprediksi bukan lagi menjadi ajang uji coba, melainkan panggung dominasi infrastruktur digital yang melahap energi global, mobil otonom yang mulai mengokupasi kota-kota besar dunia, hingga akumulasi kekayaan para oligarki teknologi yang menyentuh angka imajiner di luar nalar manusia biasa.
Blake Montgomery, melalui kolom teknologinya TechScape, membedah lima tren utama yang akan mendefinisikan tahun depan. Ini bukan sekadar tentang gawai baru, melainkan pergeseran tektonik dalam ekonomi digital global.
1. Ekspansi Masif Pusat Data: Asia dan Amerika Latin Jadi Medan Baru
Tren pertama yang paling mencolok adalah proliferasi pusat data (data centers) yang menyebar cepat dan tebal, keluar dari kandang utamanya di Amerika Serikat dan China. Proyek bernilai ribuan triliun Rupiah untuk membangun tulang punggung infrastruktur AI ini siap menyelimuti dunia.
India menjadi contoh nyata betapa agresifnya investasi ini. Microsoft telah berkomitmen menggelontorkan dana sebesar USD17,5 miliar (Rp280 triliun) untuk membangun pusat data baru di sana.
Seolah tak mau kalah, dalam sebuah acara di mana CEO Microsoft Satya Nadella bahkan belum sempat turun panggung, Amazon mengumumkan investasi tandingan sebesar USD35 miliar (Rp560 triliun).
Google pun turut serta dengan kemitraan senilai USD15 miliar (Rp240 triliun), sementara Meta membangun fasilitas tepat di dekat lokasi Google.
Gelombang ini merembet ke Asia Tenggara. Analis memprediksi pertumbuhan dua digit dalam kapasitas komputasi di Indonesia, Malaysia, dan Vietnam. Singapura, yang sudah padat pusat data, tetap menjadi hub penting.
Namun, tantangan fisik menghadang. Wilayah tropis yang panas menuntut konsumsi listrik yang jauh lebih besar untuk pendinginan mesin-mesin sensitif tersebut.
Di belahan dunia lain, Brasil berambisi menjadi destinasi pusat data Amerika Latin. Namun, seperti halnya India, jaringan listrik di sana belum dimodernisasi untuk memenuhi "rasa lapar" energi infrastruktur digital, yang telah memicu pemadaman listrik tahun ini.














































