Fenomena Makan Tabungan Masih Berlanjut, Kelas Menengah Makin Terjepit Biaya Hidup

1 month ago 17

loading...

Pekerja melintas saat jam pulang kerja di Kawasan Thamrin, Jakarta Pusat. FOTO/dok.SindoNews

JAKARTA - Tekanan ekonomi terus membayangi kelompok kelas menengah Indonesia. Status sosial-ekonomi yang berada di posisi serba tanggung membuat kelompok ini rentan terjepit.

Laporan terbaru Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mengungkapkan, Indeks Menabung Konsumen (IMK) pada Juli 2025 kembali melemah. Hal ini menandakan penurunan kemampuan dan niat masyarakat, terutama kelas menengah, untuk menyisihkan pendapatan.

Direktur Grup Riset LPS Seto Wardono mengatakan, pelemahan IMK dipicu lonjakan pengeluaran rumah tangga, khususnya untuk kebutuhan pendidikan di awal tahun ajaran baru. "Intensitas dan niat menabung konsumen melandai seiring meningkatnya pengeluaran rumah tangga, meski ada stimulus ekonomi jangka pendek," ujarnya dalam pernyataannya, Senin (11/8).

Baca Juga: Fenomena Rojali, Lemahnya Daya Beli dan Bayang-bayang Krisis Ekonomi

Pada Juli 2025, IMK berada di level 82,2 atau turun 1,6 poin dibandingkan bulan sebelumnya. Penurunan tersebut terutama disebabkan melemahnya Indeks Waktu Menabung (IWM) yang merosot 4,7 poin.

Pelemahan IMK tidak terjadi di semua lapisan pendapatan. Rumah tangga berpenghasilan hingga Rp1,5 juta per bulan mencatat kenaikan IMK sebesar 9,1 poin, sedangkan kelompok berpenghasilan di atas Rp1,5 juta hingga Rp3 juta per bulan naik 3,1 poin. Ini menunjukkan adanya peningkatan niat menabung di kelompok berpendapatan rendah.

Sementara itu, Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) secara umum turun 2,5 poin menjadi 96,9. Penurunan ini mencerminkan persepsi konsumen yang kurang optimistis terhadap kondisi ekonomi dan lapangan kerja saat ini.

Read Entire Article
Prestasi | | | |