Fimela.com, Jakarta Di era modern ini, definisi keluarga semakin berkembang. Dulu, peran ayah dan ibu seolah sudah baku: ayah sebagai pencari nafkah utama, sementara ibu fokus mengurus rumah dan anak. Namun, seiring berjalannya waktu, garis pemisah itu makin kabur. Salah satu fenomena menarik yang muncul adalah "man mum", sebuah istilah yang menggambarkan para ayah yang mengambil peran utama dalam mengurus anak dan rumah, layaknya seorang ibu rumah tangga pada umumnya.
Fenomena ini bukanlah hal baru, tetapi kini semakin lazim. Istilah "man mum" sendiri adalah plesetan dari "stay-at-home-mom", yang mengacu pada ibu yang tidak bekerja dan memilih fokus di rumah. Dengan banyaknya perempuan yang kini sukses berkarier dan bahkan menjadi tulang punggung keluarga, tidak sedikit laki-laki yang secara sukarela atau terpaksa mengambil alih peran domestik.
Alasan di Balik Fenomena 'Man Mum'
Ada beberapa faktor yang melatarbelangi munculnya "man mum":
Pergeseran Sosioekonomi: Banyak keluarga modern di mana penghasilan istri lebih besar dari suami. Daripada membayar pengasuh atau penitipan anak, keluarga tersebut memutuskan bahwa lebih masuk akal jika sang suami yang tinggal di rumah untuk mengurus anak. Keputusan ini sering kali didasarkan pada perhitungan finansial yang logis.
Perubahan Pandangan tentang Peran Gender: Semakin banyak laki-laki yang menyadari bahwa mengurus anak bukanlah pekerjaan "khusus perempuan". Mereka ingin terlibat lebih dalam dalam tumbuh kembang anak, bukan hanya sebagai figur otoritas, melainkan juga sebagai sosok yang hangat dan akrab. Ini sejalan dengan konsep "ayah modern" yang aktif dan emosional.
Kondisi Kesehatan dan Ketenagakerjaan: Dalam beberapa kasus, suami mungkin kehilangan pekerjaan atau memiliki kondisi kesehatan yang membatasi untuk bekerja. Sementara itu, istri justru memiliki pekerjaan yang stabil. Situasi ini mendorong suami untuk mengambil peran domestik.
Tantangan yang Dihadapi 'Man Mum'
Meskipun terlihat mulia, menjadi seorang "man mum" tidak selalu mudah. Ada banyak tantangan yang harus dihadapi, baik dari internal maupun eksternal:
Tekanan Sosial: Di beberapa budaya, masih ada stigma bahwa laki-laki harus bekerja di luar rumah. Para "man mum" sering kali merasa canggung saat berkumpul dengan sesama orang tua (yang mayoritas adalah ibu) atau harus menjelaskan kepada teman-temannya mengapa mereka tidak bekerja.
Perasaan Kehilangan Identitas: Laki-laki sering kali mengasosiasikan identitas mereka dengan pekerjaan atau karier. Saat mereka tidak lagi bekerja, ada kemungkinan munculnya perasaan tidak berharga atau kehilangan arah.
Kurangnya Jaringan Dukungan: Komunitas untuk ibu rumah tangga sudah sangat mapan, tetapi belum banyak komunitas khusus untuk ayah yang mengurus anak di rumah. Hal ini membuat mereka kesulitan untuk berbagi pengalaman, tips, atau bahkan hanya sekadar mencari dukungan moral.
Mengapa Kita Perlu Mengapresiasi Mereka?
Fenomena "man mum" adalah bukti nyata bahwa definisi maskulinitas dan peran keluarga terus berkembang. Mereka adalah bagian dari perubahan positif yang menunjukkan bahwa cinta dan pengasuhan tidak mengenal gender. Ayah yang aktif mengurus anak memberikan manfaat besar bagi perkembangan anak, termasuk ikatan emosional yang lebih kuat dan pemahaman yang lebih baik tentang hubungan.
Masyarakat harus lebih terbuka dan mendukung para "man mum". Mengapresiasi pilihan mereka adalah langkah penting untuk menciptakan lingkungan yang lebih inklusif, di mana setiap individu—tanpa memandang jenis kelamin—bisa memilih peran yang paling tepat untuk keluarga mereka. Pada akhirnya, yang terpenting dalam sebuah keluarga adalah cinta, perhatian, dan komitmen untuk saling mendukung, tidak peduli siapa yang mengurus rumah tangga dan siapa yang mencari nafkah.
Di era modern ini, definisi keluarga semakin berkembang. Dulu, peran ayah dan ibu seolah sudah baku: ayah sebagai pencari nafkah utama, sementara ibu fokus mengurus rumah dan anak. Namun, seiring berjalannya waktu, garis pemisah itu makin kabur. Salah satu fenomena menarik yang muncul adalah "man mum", sebuah istilah yang menggambarkan para ayah yang mengambil peran utama dalam mengurus anak dan rumah, layaknya seorang ibu rumah tangga pada umumnya.
Fenomena ini bukanlah hal baru, tetapi kini semakin lazim. Istilah "man mum" sendiri adalah plesetan dari "stay-at-home-mom", yang mengacu pada ibu yang tidak bekerja dan memilih fokus di rumah. Dengan banyaknya perempuan yang kini sukses berkarier dan bahkan menjadi tulang punggung keluarga, tidak sedikit laki-laki yang secara sukarela atau terpaksa mengambil alih peran domestik.
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.