Fimela Podtalks: Memutus Rantai Sandwich Generation, Dimulai dari Mengubah Cara Parenting hingga Side Hustling

2 weeks ago 11
Web Buletin Viral Terbaik

Fimela.com, Jakarta Fenomena sandwich generation masih banyak terjadi di sejumlah kota besar di Indonesia. Fenomena ini sendiri terjadi ketika seseorang harus menanggung beban berlapis-lapis dari biaya anggota keluarga. Layaknya sandwich, semakin banyak anggota keluarga, semakin besar juga biaya yang harus ditanggung. Bukan sekadar jadi fenomena, sandwich generation seolah jadi budaya yang melekat pada masyarakat Asia, khususnya Indonesia.

Ya! Membiayai orangtua setelah seseorang dewasa dan memiliki penghasilan menjadi budaya yang dinormalisasi dalam keseharian masyarakat Indonesia. Sayangnya, budaya ini tidak barengi dengan didikan bertanggung jawab dan pemahaman finansial sejak dini.

"Apapun yang berkenaan dengan uang, baru tahu setelah kuliah. Jarang banget anak-anak dilibatkan dalam urusan rumah tangga. Terutama perihal keuangan. Begitu besar terkaget-kaget disuruh cari uang. Tapi mindset-nya, didikannya itu ngga ada," jelas Aliyah Natasya, Certified Financial Planner dari DNA Finance dalam Fimela PodTalks

"Tidak ada komunikasi tentang keuangan. Anak tahu sebatas uang jajan. Seberapa banyak dari kita yang untuk mendapatkan uang jajan harus berusaha dulu. Jadi korelasi bekerja untuk menghasilkan uang itu minim karena kebanyakan anak-anak asia terlindungi hingga kuliah. Jadi ketika dihadapkan dengan kenyataan merasa adulting is hard. Karena tidak terbiasa memiliki tanggung jawab atau menjadi bagian dari komunikasi tentang keuangan," tambah Aliyah.

Tidak mandiri finansial

Lebih dari itu, Aliyah juga menyebut pemahaman 'orangtua tahu yang terbaik untuk anak" terhadap apa yang akan anaknya jalani turut berkontribusi pada ketidakmandirian seseorang.

"Kita ngga diajarkan untuk mandiri secara finansial untuk diri sendiri. Kapan pernah diajarkan untuk bertanggung jawab terhadap diri sendiri? Karena dalam struktur keluarga semua saling ketergantungan. Ada yang kesulitan, dibantu. Tapi kita lupa untuk memandirikan diri sendiri. sehingga anak yang potensinya kurang, diberi kemudahan. Dia mengalami kesulitan bukan berarti diberi kemudahan." terang Aliyah.

Meski demikian, masih ada harapan bagi masyarakat yang menanggung predikat Sandwich Generation untuk keluar dari situasi tersebut. Dimulai dari mengubah gaya parenting dengan mulai melibatkan anak dalam obrolan finansial keluarga sejak dini. Menurut Aliyah, perempuan harus bisa mandiri secara finansial sejak dini.

"Laki-laki itu bukan cuma pencari nafkah saja, perempuan juga harus bisa. Karena kalau kita memilki mindset laki-laki adalah provider, kita tidak akan berbuat lebih dari nasib. Karena sebenarnya cara mengelola itu dimulai cara menghasilkan uang untuk diri kita sendiri," kata Aliyah.

Trik terlepas dari jerat Sandwich Generation

Pasalnya ketika menikah, kita tidak akan pernah tahu siapa yang akan menjadi tulang punggung. Peran tulang punggung dan tulang rusuk bisa jadi bertukar karena situasi tertentu. Oleh karena itu, ketika seorang perempuan sudah mampu mandiri secara finansial nantinya mampu mensejahterakan diri sendiri dan keluarga.

"Punya uang itu, mensejahterakan diri sendiri, kok. Jangan berkeluarga kalau kamu tidak bahagia secara mental dan finansial," kata Aliyah

Adanya akses digital investasi dan perbankan dapat mengubah situasi ekonomi, namun butuh usaha, waktu, dan model. Aliyah sendiri memaparkan banyak sandwich generation yang bisa berhasil dengan bersusah payah melakukan double job, yang banyak orang dengan sebutan side hustle.

Lantas apakah side hustle jadi jawaban untuk memutus rantai sandwich generation? Aliyah menjelaskan side hustle jadi salah satu upaya untuk keluar dari sandwich generation, terutama bagi kamu yang bekerja di industri kreatif.

"Semakin banyak waktu yang bisa dimanfaatkan, semakin banyak job yang bisa dikerjakan. Tapi ini tidak semua bisa dilakukan oleh pegawai kantoran. Apa yang cocok untuk satu industri, belum cocok untuk karyawan di industri lain," jelas Aliyah.

"Lihat ke diri sendiri mana yang cocok. ketika kita tahu kekuatan kita ada di mana, make the best of it. Kalau kita memang jiwanya hustler, ya hustler. Kalau jiwanya karyawan, dakilah karir, bangun reputasi. Fokus dulu dan lihat selama lima tahun ke depan."

side hustle vs investasi

Bagi pegawai kantoran, Aliyah sangat menyarankan untuk melakukan investasi pada reksadana atau emas. Menurutnya, terkadang apa yang kita pikir tidak perlu dan terlihat mahal akan merugikan diri sendiri. Kamu bisa menggunakan uang THR atau bonus sebaga modal untuk membeli reksadana atau emas.

Namun hal tersebut tidak akan terwujud apabila pendapatan yang dimiliki pas-pasan. Perlu perbesar pendapatan untuk memiliki tabungan yang dapat dijadikan sebagai modal investasi, baik itu investasi untuk melindungi nilai seperti emas dan obligasi maupun investasi untuk pertumbuhan aset, seperti reksadana dan saham yang memiliki risiko lebih tinggi.

Apabila masih enggan dengan investasi, kamu harus mencari pekerjaan dengan pendapatan yang terus naik setiap tahunnya. Oleh karena itu, penting untuk mencari tren di pasaran yang bisa dipelajari dan menghasilkan pendapatan.

"Semua susah, cari kerja juga susah. Tapi di mana ada tren di situ ada demand. Pilih (pekerjaan) dan cari tahu. kalau sudah tahu susahnya, cari apa yang akan kita dapat dari kesusahan itu," sebut Aliyah.

Financial freedom

Dengan segala upaya yang bisa dilakukan, harapan untuk financial freedom bisa mungkin semakin dekat apabila mempertimbangkan tiga hal:

a. Jenis Pekerjaan: apabila pekerjaanmu memiliki gaji yang stagnan akan turut berpengaruh pada kondisi ekonomi secara menyeluruh

b. Lokasi tempat tinggal: kota dengan banyak kesempatan lapangan pekerjaan dan bisnis memberi harapan banyak orang untuk mengubah kualitas hidup. Meski sekarang ada tren dengan Work From Anywhere, standar gaji, work ethic, dan biaya sebuah daerah turut menentukan kualitas hidup.

c. Pasangan hidup: apabila pasanganmu tidak membawa beban sandwich generation, akan terasa lebih mudah. Sebaliknya, perlu usaha lebih keras dari keduanya untuk bisa meraih financial freedom.

"Bersahabatlah dengan produk investasi yang high risk. dengan inilah asetmu bisa bertumbuh. Jika tidak bersahabat dengan risiko, hidup kamu ke depannya akan jauh lebih berisiko," tutup Aliyah.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

  • Vinsensia Dianawanti

    Author

    Vinsensia Dianawanti
Read Entire Article
Prestasi | | | |