loading...
Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri Indonesia (KSTI) 2025 resmi ditutup di Gedung Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) ITB, Sabtu (9/8/2025). Foto/Neneng Zubaidah.
JAKARTA - Konvensi Sains , Teknologi, dan Industri Indonesia (KSTI) 2025 resmi ditutup di Gedung Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) ITB, Sabtu (9/8/2025). Acara yang berlangsung selama tiga hari ini mencatat capaian signifikan, salah satunya komitmen membangun 48 peta jalan prioritas riset nasional dalam tiga bulan ke depan.
Dirjen Riset dan Pengembangan (Dirjen Risbang) Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) Fauzan mengungkapkan, hasil diskusi selama KSTI 2025 berhasil merumuskan roadmap riset yang disusun secara dinamis melalui metode dynamic system modeling.
“Kita akan membangun 48 peta jalan prioritas riset dalam tiga bulan ke depan. Dokumen ini akan menjadi landasan pendanaan riset, kerja sama, intervensi investasi, alih teknologi, dan strategi hilirisasi,” ujar Fauzan pada penutupan KSTI 2025.
Baca juga: Peraih Nobel Brian Schmidt: Ekosistem Sains dan Teknologi Kunci Masa Depan Indonesia
Ia menegaskan, momentum KSTI 2025 menjadi titik awal penting dalam menguatkan kolaborasi lintas sektor demi mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.
“Semangat, kompetensi, dan keterlibatan para pemangku kepentingan di sini adalah modal berharga untuk membangun bangsa berdaya melalui penguasaan sains dan teknologi,” tutupnya.
Selama penyelenggaraan, KSTI 2025 menghadirkan 51 sesi paralel yang membahas delapan fokus riset prioritas nasional: pangan, kesehatan, energi, maritim, pertahanan, digitalisasi (termasuk AI dan semikonduktor), material maju, serta hilirisasi dan industrialisasi. Sebanyak 341 pembicara mengisi delapan sesi strategis dengan tema mulai dari peran perguruan tinggi, keterlibatan industri, hingga penguatan ekosistem investasi.