Membedah Alasan Nadiem Makarim Memilih Chromebook yang Kini Menjeratnya

3 days ago 7

loading...

Nadiem berharap Chromebook menjadi laptop murah yang bisa mendukung pendidikan Indonesia. Foto: Sindonews/Aldi Chandra

JAKARTA - Di sebuah konferensi pers yang mengguncang panggung politik dan pendidikan Indonesia pada Kamis, 4 September 2025, nama Nadiem Anwar Makarim disebut. Bukan lagi sebagai menteri inovator, melainkan sebagai tersangka.

Kejaksaan Agung menetapkannya dalam kasus dugaan korupsi pengadaan laptop dengan potensi kerugian negara mencapai Rp1,98 triliun. Objek di jantung prahara ini? Sebuah perangkat sederhana yang pernah ia perjuangkan sebagai kunci revolusi pendidikan: Chromebook.

Penetapan status hukum yang disampaikan oleh Direktur Penyidikan Jampidsus, Nurcahyo Jangkung Madyo, sontak membuka kembali perdebatan sengit beberapa tahun silam. "Berdasarkan hasil pemeriksaan dan alat bukti yang sah, penyidik menetapkan satu orang tersangka baru, yakni Nadiem Makarim selaku Mendikbudristek periode 2019-2024," ujar Nurcahyo.

Di balik tuduhan serius persekongkolan dan penyalahgunaan wewenang—termasuk pertemuan dengan pihak Google dan rapat daring pada 6 Mei 2020 untuk membahas proyek ini—terdapat sebuah visi besar yang pernah Nadiem tawarkan kepada bangsa.

Untuk memahami bagaimana sebuah program pendidikan bisa berujung pada skandal triliunan rupiah, kita harus kembali ke pertanyaan fundamental: Mengapa Nadiem begitu bersikeras memilih Chromebook?

Sebuah Ekosistem, Bukan Sekadar Laptop

Di tengah krisis pandemi, Nadiem tidak hanya mencari laptop murah untuk dibagikan. Berdasarkan argumen yang pernah ia sampaikan, ia mencari sebuah ekosistem pendidikan digital yang terintegrasi, terkontrol, dan efisien.

Chromebook, dengan sistem operasi Chrome OS besutan Google, dianggap sebagai jawaban paling rasional. Visi ini berdiri di atas tiga pilar utama.

Read Entire Article
Prestasi | | | |