Napas Buatan untuk Mobil Rakyat: Insentif LCGC Diperpanjang di Tengah Penjualan yang Sekarat

8 hours ago 6

loading...

Penjualan LCGC terus mengamali penurunan karena berbagai alasan. Foto: TAM

JAKARTA - Di tengah pasar otomotif yang sedang lesu darah, pemerintah mengambil sebuah langkah yang mengejutkan dan sarat dengan pertaruhan. Saat penjualan segmen mobil termurah di Indonesia, Low Cost Green Car (LCGC), anjlok ke titik terendah, pemerintah justru memberikan "napas buatan" dengan memperpanjang program insentifnya hingga tahun 2031.

Keputusan ini menciptakan sebuah paradoks besar. Di satu sisi, pemerintah berdalih ingin menjaga keterjangkauan mobil bagi rakyat kecil. Di sisi lain, mereka seolah menyuntikkan dana untuk menopang segmen yang sedang sekarat, memicu pertanyaan kritis: apakah ini sebuah kebijakan penyelamatan yang bijak, atau sekadar menunda kematian yang tak terhindarkan?

Janji Manis di Atas Data Pahit

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita dengan tegas membela keputusan ini. Baginya, sejarah keberhasilan program LCGC yang diluncurkan pada 2013 adalah bukti yang cukup.

"Program LCGC terbukti berhasil meningkatkan kepemilikan kendaraan masyarakat dan mendukung industri otomotif nasional. Oleh karena itu, insentif untuk LCGC akan kami lanjutkan hingga 2031," kata Agus Gumiwang dalam keterangan resminya.

Namun, optimisme pemerintah ini bertabrakan langsung dengan realitas pahit di lapangan. Data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menunjukkan sebuah tren yang mengkhawatirkan:

Penjualan LCGC pada Juni 2025 hanya 7.762 unit, anjlok 49% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Read Entire Article
Prestasi | | | |