Pembangunan Nilai Patriotik, Empati dan Gigih pada Pemuda

9 hours ago 15

loading...

Hendarman - Ketua Dewan Pakar Jabatan Fungsional Analis Kebijakan INAKI, Analis Kebijakan Ahli Utama pada Kemendikdasmen. Foto/Dok pribadi

Hendarman
Analis Kebijakan Ahli Utama pada Pusat Penguatan Karakter, Kemendikdasmen/KetuaDewan Pakar Jabatan Fungsional Analis Kebijakan INAKI/Dosen Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan

Menarik rencana kementerian yang mengurusi pemuda dan olahraga untuk membangun tiganilai penting karakter bagi pemuda yaitu patriotik, empati dan gigih. Rencana yangdicanangkan oleh Erick Thohir, Menteri Pemuda dan Olahraga seyogianya segera diwujudkan.Ketiga nilai tersebut krusial untuk membentuk pemuda sebagai warga negara yang bertanggungjawab, mampu berkolaborasi dalam masyarakat majemuk, serta resilien menghadapiperubahan dan tantangan era digital. Mengapa?

Pemuda adalah aktor transformasi sosial baik sebagai penerus maupun pembaharu. Di tengaharus globalisasi, digitalisasi, dan polarisasi sosial, pembentukan karakter menjadi prioritas untuk menjaga kohesi nasional, kesehatan sosial, dan ketangguhan individu. Nilai-nilai seperti patriotik (cinta tanah air dan tanggung jawab berbangsa), empati (kemampuan memahami dan merespon perasaan orang lain), serta kegigihan (kemampuan bertahan dan mengejar tujuan jangka panjang meski menghadapi hambatan) berfungsi saling melengkapi.

Urgensi
Dari berbagai literatur terungkap bahwa nilai patriorik dapat menjaga identitas kolektif danpartisipasi demokrasi. Pertama, ditinjau dari kohesi nasional maka patriotisme menumbuhkanrasa memiliki terhadap negara dan meminimalkan fragmentasi identitas. Hal ini pentingmengingat keragaman budaya dan tantangan disinformasi. Kedua, patriotik mensyaratkanpartisipasi sipil dan tanggung jawab publik. Dengan demikian, pemuda yang memiliki nilaipatriotik cenderung lebih aktif terlibat dalam kegiatan kebangsaan, bela negara sipil, daninisiatif sosial yang memperkuat ketahanan negara.

Nilai empati diyakini oleh berbagai pakar dapat mencegah polarisasi dan mendorong kerjasama sosial. Pertama, dengan dimiliknya nilai empati maka diharapkan akan terjadi penurunankonflik sosial. Dalam hal ini maka empati memainkan peran penting untuk memudahkanpemahaman lintas kelompok dan menurunkan kecenderungan dehumanisasi lawan politik ataukelompok lain.

Kedua, nilai empati terkait dengan kapasitas kepemimpinan inklusif. Pemimpinmuda yang empatik mampu merancang kebijakan yang responsif terhadap kebutuhan beragampemangku kepentingan (stakeholder). Lebih lanjut, literatur psikologi dan pendidikan
menegaskan bahwa empati adalah fondasi perilaku prososial (to help, cooperate, and support).Pengembangan empati di satuan pendidikan dan komunitas terbukti meningkatkan keterlibatansosial, mengurangi konflik antar-kelompok, dan mendukung inklusi.
Nilai gigih ditengarai akan meningkatkan peluang keberhasilan individu dan kolektif.

Pertama, akan memunculkan resiliensi dalam menghadapi perubahan. Di era kerja fleksibel dandisruptif, kemampuan bertahan dan menata kembali strategi sangat bernilai. Nilai ini sejalandengan konsep Grit (ketabahan/kegigihan) sebagai perpaduan antara semangat(passion) dan kegigihan (perseverance) untuk mencapai tujuan jangka panjang. Konsep inidiperkenalkan oleh psikolog Angela Duckworth, yang menekankan bahwa keberhasilan lebihditentukan oleh daya juang dan ketekunan daripada bakat semata, melibatkan ketahanan menghadapi kegagalan, fokus jangka panjang, dan konsistensi usaha untuk terusberkembang.

Read Entire Article
Prestasi | | | |