loading...
Strategi banting harga ini menciptakan sebuah siklus setan yang merugikan semua pihak dalam jangka panjang. Foto: Sindonews/Danang Arradian
JAKARTA - Sebuah "jebakan" manis yang berbahaya kini tengah dipasang secara massal di pasar otomotif Indonesia. Para produsen mobil asal China, dalam sebuah strategi yang brutal dan agresif, secara kompak membanting harga mobil-mobil mereka. Diskon puluhan, bahkan hingga ratusan juta rupiah, ditebar untuk model-mobil baru yang dijejali fitur lebih canggih.
Bagi calon pembeli, ini adalah sebuah pesta. Namun bagi mereka yang sudah terlanjur membeli, ini adalah awal dari sebuah mimpi buruk finansial, sebuah kekhawatiran bahwa mobil yang baru mereka banggakan kemarin, hari ini nilainya telah hancur lebur.
'Dosa' Berulang: Dari Chery hingga MG
Pola ini terjadi berulang kali. Chery baru saja memangkas harga C5 dan E5 (sebelumnya Omoda 5 dan Omoda E5) hingga Rp100 juta. MG dan Wuling pun tak ketinggalan dalam perlombaan menuju harga termurah. Ini bukan lagi sekadar perang harga; ini adalah sebuah strategi "bumi hangus" yang berpotensi merusak nilai investasi konsumen.
Di tengah kekacauan ini, para produsen seolah "cuci tangan". Mereka berlindung di balik dalih inovasi dan dinamika pasar global.
"Kita nggak bisa kontrol soal itu (penurunan nilai jual kendaraan), karena itu terjadi secara global," ujar Ryan Ferdiean Tirto, Head of Product Jaecoo Indonesia, di BSD, Tangerang, Senin (30/6/2025).
Pernyataan ini, meskipun ada benarnya, terasa dingin di telinga konsumen yang nilai asetnya tergerus dalam semalam. Ini adalah sebuah pengakuan bahwa dalam perlombaan teknologi yang tak kenal ampun, konsumen lama sering kali menjadi korban yang tak terhindarkan.