Pertarungan BRICS vs AS Dimulai: Rusia, China hingga India Jadi Target Utama

1 month ago 19

loading...

JAKARTA - Pertarungan antara Amerika Serikat (AS) dan aliansi BRICS memasuki babak baru. Pemerintahan Presiden Donald Trump secara bertahap memberlakukan tarif tinggi terhadap anggota aliansi tersebut memicu ketidakpastian dalam perdagangan global.

India menjadi negara pertama yang dikenakan tarif masuk sebesar 25 persen, sebelum dinaikkan menjadi 50 persen pada Rabu (6/8). Tak lama berselang, tarif serupa diberlakukan terhadap Brasil, memicu kekhawatiran di internal BRICS mengenai strategi lanjutan menghadapi tekanan dari Washington.

Baca Juga: China Tak Kurang Akal, BRICS Diajak Ambil Jalan Pintas Hindari Tarif AS

Langkah tarif ini dikaitkan dengan praktik pembelian minyak Rusia oleh anggota BRICS, yang dilakukan dengan harga diskon akibat sanksi internasional. Trump menuding kebijakan ini melemahkan posisi ekonomi AS dan menguntungkan negara-negara yang menjadi pesaing geopolitik.

Brasil termasuk negara yang paling terdampak. Pemerintah Presiden Luiz Inácio Lula da Silva menyatakan keberatan terhadap keputusan tersebut, dan berencana membahas respons bersama dengan anggota BRICS lainnya. Namun, hingga saat ini, belum ada pernyataan resmi dari kelompok tersebut.

Sementara, Rusia tidak menjadi target tarif baru karena sanksi ekonomi yang telah lama diberlakukan terhadap Moskow masih berlaku. Meski begitu, Rusia tetap memainkan peran sentral dalam dinamika ini dengan mendorong agenda de-dolarisasi dan memperkuat posisi BRICS dalam perdagangan global.

India, yang sebelumnya dipuji Trump sebagai "mitra strategis", kini justru dikenai tarif tinggi. Presiden AS menilai kebijakan India membeli minyak mentah Rusia dengan harga murah sebagai tindakan yang merugikan kepentingan ekonomi Amerika.

Read Entire Article
Prestasi | | | |