loading...
Presiden Palestina Mahmoud Abbas. Foto/un news
NEW YORK - Presiden Palestina Mahmoud Abbas memulai pidato di Sidang Umum PBB pada Kamis (25/9/2025) dengan mengecam genosida yang telah berlangsung 2 tahun di Jalur Gaza. Ia berbicara melalui tautan video, karena pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menolak visanya dan delegasinya.
Dengan seruan baru untuk negara Palestina merdeka yang menjadi sorotan pekan ini, pidato Abbas menjadi salah satu yang paling dinantikan.
“Saya berbicara kepada Anda hari ini setelah hampir dua tahun rakyat Palestina di Jalur Gaza menghadapi perang genosida, kehancuran, kelaparan, dan pengungsian,” tegas Abbas melalui tautan video.
Dia menjelaskan, “Genosida tersebut telah dilancarkan oleh pasukan pendudukan Israel di mana mereka membunuh dan melukai lebih dari 220.000 warga Palestina yang sebagian besar tidak bersenjata, anak-anak, perempuan, dan lansia.”
“Apa yang dilakukan Israel bukan sekadar agresi. Ini adalah kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang didokumentasikan dan dipantau, dan akan dicatat dalam buku-buku sejarah dan halaman-halaman kesadaran internasional sebagai salah satu bab paling mengerikan dari tragedi kemanusiaan di abad ke-20 dan ke-21,” ujarnya.
Setelah menguraikan situasi di Gaza, Abbas beralih ke Tepi Barat, di mana "pemerintah Israel yang ekstremis terus menerapkan penyakit permukimannya melalui perluasan permukiman ilegal dan mengembangkan proyek-proyek untuk mencaplok permukiman."
Ia merujuk pada rencana permukiman E1 terbaru Israel "yang akan membagi Tepi Barat menjadi dua bagian dan akan mengisolasi Yerusalem yang diduduki dari wilayah sekitarnya serta akan melemahkan pilihan solusi dua negara, pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional dan resolusi Dewan Keamanan yang relevan."
Pemimpin Otoritas Palestina tersebut mengatakan "kami menolak dan sepenuhnya menyesalkan" seruan Netanyahu untuk "Israel yang lebih besar".