loading...
Badai kebangkrutan mengintai 50 merek mobil listrik China di 2026 akibat pencabutan subsidi dan perang harga, menyisakan hanya 10% pemain yang untung seperti BYD dan Leapmotor yang baru saja dapat suntikan dana negara Rp 8,5 triliun. Foto: SindoNews/Gemin
SHENZEN - Di balik angka ekspor yang mentereng dan dominasi global agresif, industri kendaraan listrik (EV) China sedang menyimpan bom waktu yang siap meledak.
Tahun 2026 diprediksi akan jadi titik balik, di mana pesta pora subsidi negara mulai berakhir dan realitas pasar kejam mengambil alih kemudi.
Puluhan merek mobil listrik yang selama ini hidup dari "infus" insentif pemerintah kini menghadapi risiko kolaps massal, menandai fase seleksi alam paling dramatis dalam sejarah otomotif modern China.
Di satu sisi, ekspor EV China pada November melonjak fantastis sebesar 87 persen secara tahunan (year-on-year). Namun, di sisi lain, fondasi domestik mulai retak.
Pengiriman kendaraan baru di dalam negeri diperkirakan tergelincir hingga 5 persen tahun depan, kontraksi terbesar sejak pandemi 2020. Penyebabnya klasik namun mematikan: pencabutan dukungan pemerintah dan sejarah panjang kelebihan kapasitas produksi (overcapacity).
Akhir dari Era Bakar Uang
South China Morning Post (SCMP) melaporkan skenario suram di mana sekitar 50 produsen EV China yang merugi mungkin terpaksa melakukan perampingan drastis atau gulung tikar sepenuhnya pada 2026.













































