loading...
Rusia secara resmi memulai langkah besar dedolarisasi untuk mendukung aliansi BRICS melepaskan diri dari ketergantungan pada sistem keuangan Barat. FOTO/TV BRICS
JAKARTA - Rusia secara resmi memulai langkah besar dedolarisasi untuk mendukung aliansi BRICS melepaskan diri dari ketergantungan pada sistem keuangan Barat. Menteri Keuangan Rusia, Anton Siluanov, menegaskan negaranya mampu menghentikan transaksi menggunakan dolar AS kapan saja.
Siluanov menyatakan, Rusia mendorong BRICS mempercepat upaya menjadikan dedolarisasi sebagai inti kebijakan ekonomi mereka. Ia menyebut dolar AS sebagai "mata uang pihak ketiga" yang sebaiknya dihindari dalam seluruh transaksi lintas negara.
"Kami mendorong anggota BRICS untuk menggunakan mata uang nasional masing-masing dalam perdagangan, seperti rubel, yuan, rupee, dan rand," ujarnya, seperti dilansir Russian Today, Selasa (15/7).
Baca Juga: BRICS Andalkan Transaksi Lokal Singkirkan Dolar AS, Tunda Pembentukan Mata Uang Bersama
Menurutnya, langkah ini menjadi alternatif untuk mengurangi dominasi sistem keuangan Barat. Selain itu, upaya dedolarisasi BRICS tidak akan melibatkan infrastruktur keuangan Barat atau penyelesaian pembayaran dalam mata uang negara-negara yang memberlakukan sanksi terhadap Rusia.
Siluanov menambahkan, Bank Pembangunan Baru BRICS juga akan terlindungi dari potensi risiko. "Kami telah membuktikan sistem kami andal dan independen dari lembaga keuangan Barat, yang sewaktu-waktu bisa menghentikan pembayaran," tegasnya.
Ia juga mengungkapkan, Rusia berpeluang menghentikan perdagangan berbasis dolar AS sebagai bagian dari inisiatif dedolarisasi. Bahkan jika Amerika Serikat mencabut sanksinya, Pemerintah Rusia tidak akan kembali menjadikan dolar AS sebagai mata uang cadangan utama.