loading...
Banyak yang tidak menyadari bahwa skema sewa baterai justru memberikan benefit dan penghematan bagi pembeli. Foto: VinFast Indonesia
JAKARTA - Kehadiran kendaraan listrik (EV) di Indonesia sering kali terbentur tiga masalah klasik: harga beli yang mahal, kekhawatiran harga jual kembali yang terjun bebas, serta kecemasan soal umur baterai.
Namun, produsen asal Vietnam, VinFast, mencoba menjawab keraguan ini lewat model bisnis yang tidak biasa: Battery-as-a-Service (BaaS) atau sewa baterai.
Model ini sudah diterapkan pada beberapa model mereka, termasuk mini-SUV terbaru, VinFast VF 3. Tapi, sebenarnya berapa banyak penghematan yang di dapat konsumen?
CEO VinFast Indonesia, Kariyanto Hardjosoemarto, percaya bahwa pendekatan berlangganan sewa baterai bukan sekadar solusi untuk menekan harga jual. Tapi, juga inovasi pasar. “Daripada perang harga, kami lebih memilih memberikan solusi,” bebernya.
Harga Terjangkau, Risiko Minim
Dengan skema BaaS, konsumen sejatinya hanya membeli unit kendaraan VinFast VF 3 (tanpa baterai) seharga Rp156 juta. Harga ini menempatkan VF 3 langsung berhadapan dengan segmen Low Cost Green Car (LCGC) yang populer, alih-alih bersaing di kelas EV yang biasanya berharga di atas Rp200 juta.
Sebagai gantinya, pemilik kendaraan membayar biaya berlangganan baterai sebesar Rp 253.000 per bulan (sekitar Rp3,036 juta per tahun).
Apa yang didapat konsumen? VinFast menjamin performa baterai seumur hidup. Jika kapasitas baterai turun di bawah 70 persen, perusahaan akan menggantinya secara gratis. Ini secara efektif menghapus risiko kerusakan komponen termahal EV dari pundak konsumen.
Uji Nyata: Rute Bogor-Jakarta

Untuk memastikan perbandingan yang akurat dan relevan, parameter berikut ditetapkan:
















































