loading...
Presiden Volodymyr Zelensky menyatakan Ukraina bersedia batalkan upayanya gabung NATO, namun imbalannya harus dapat jaminan keamanan Barat. Foto/X @ZelenskyyUa
KYIV - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyatakan kesediaannya untuk membatalkan upaya negaranya bergabung dengan NATO. Namun, imbalannya Kyiv harus mendapatkan jaminan keamanan dari Barat.
Meski demikian, Zelensky tetap menolak desakan Amerika Serikat (AS) untuk menyerahkan wilayah-wilayahnya kepada Rusia.
Sikap Zelensky itu disampaikan sesaat sebelum pembicaraan dengan utusan AS tentang mengakhiri perang Rusia-Ukraina pada hari Minggu.
Baca Juga: Zelensky Selfie di Kupiansk, Kota Ukraina yang Diklaim Telah Direbut Rusia
Zelensky duduk bersama utusan khusus Presiden AS Donald Trump; Steve Witkoff, dan menantu Trump; Jared Kushner. Pemimpin Ukraina itu mem-posting foto meja perundingan dengan Kanselir Jerman Friedrich Merz duduk di sebelahnya menghadap delegasi AS.
Menanggapi pertanyaan wartawan dalam klip audio di obrolan grup WhatsApp sebelum pembicaraan, Zelensky mengatakan bahwa karena AS dan beberapa negara Eropa telah menolak upaya Ukraina untuk bergabung dengan NATO, Kyiv mengharapkan Barat untuk menawarkan serangkaian jaminan yang serupa dengan yang ditawarkan kepada anggota aliansi.
"Jaminan keamanan ini adalah kesempatan untuk mencegah gelombang agresi Rusia lainnya," katanya. "Dan ini sudah merupakan kompromi dari pihak kami," ujarnya.
Presiden Rusia Vladimir Putin menganggap upaya Ukraina untuk bergabung dengan NATO sebagai ancaman besar bagi keamanan Moskow dan alasan untuk melancarkan invasi skala penuh pada Februari 2022.
Kremlin menuntut agar Ukraina membatalkan upaya keanggotaan aliansi tersebut sebagai bagian dari setiap kesepakatan perdamaian yang prospektif.
Zelensky menekankan bahwa jaminan keamanan apa pun harus mengikat secara hukum dan didukung oleh Kongres AS. Zelensky sekarang mengharapkan pembaruan dari timnya setelah pertemuan antara pejabat militer Ukraina dan AS di Stuttgart, Jerman.
Washington telah mencoba selama berbulan-bulan untuk menavigasi tuntutan masing-masing pihak karena Trump mendesak agar perang Rusia-Ukraina segera berakhir. Trump semakin jengkel dengan penundaan dari akhir perang.
Pencarian kemungkinan kompromi telah menemui hambatan besar, termasuk kendali atas wilayah Donetsk timur Ukraina, yang sebagian besar diduduki oleh pasukan Rusia.














































