loading...
Tujuh negara di kawasan Amerika Latin kini secara terbuka menyatakan minat untuk bergabung dengan aliansi BRICS. FOTO/Watcher Guru
JAKARTA - Tujuh negara di kawasan Amerika Latin kini secara terbuka menyatakan minat untuk bergabung dengan aliansi BRICS. Langkah ini dinilai berpotensi mengubah peta perdagangan global sekaligus mengikis dominasi dolar Amerika Serikat (AS) dalam transaksi internasional.
Minat tersebut muncul di tengah dinamika geopolitik dan ekonomi dunia yang semakin kompleks. Dari pengajuan resmi Bolivia hingga pembicaraan diplomatik tertutup yang dilakukan Kolombia, sinyal ketertarikan ini menjadi indikator bahwa pengaruh BRICS kian meluas ke benua Amerika.
Baca Juga: Kirim Surat Edaran ke BRICS, India Hentikan Penggunaan Dolar AS
BRICS sejatinya telah mencoba memperluas pengaruhnya di Amerika Latin dengan mengundang Argentina pada 2023. Namun, undangan itu ditolak Presiden terpilih Javier Milei. Ia bahkan melontarkan kritik tajam terhadap BRICS, menyebutnya sebagai kelompok yang sebagian besar beranggotakan "para diktator".
Penolakan Argentina sempat menghambat upaya BRICS masuk ke pasar Amerika Latin. Meski demikian, tujuh negara lainnya justru menunjukkan sikap sebaliknya. Mereka adalah Bolivia, Chile, Kolombia, Kuba, Honduras, Peru, dan Venezuela, sebagaimana dilaporkan Watcher Guru.
Ketertarikan tersebut didorong berbagai faktor, mulai dari keinginan mengakses pasar internasional yang lebih luas hingga mencari alternatif kemitraan ekonomi di luar pengaruh AS. Bagi sebagian negara, BRICS dipandang sebagai jalur untuk menghidupkan kembali perekonomian yang tertekan.
Selama beberapa dekade, sejumlah negara Amerika Latin mengalami tekanan ekonomi akibat sanksi, tarif, dan kebijakan perdagangan AS. Situasi tersebut semakin sulit karena sebagian di antaranya berada di bawah rezim otoriter yang memicu isolasi politik dan ekonomi.